Kemacetan Ibu Kota jadi tantangan utama yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi (selanjutnya disingkat Pemprov) DKI Jakarta.
Untuk mengurai kepadatan lalu lintas di sejumlah ruas jalan, Pemprov DKI membangun banyak jalur lintas bawah atau underpass.
Salah satunya, underpass di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Pada jam-jam sibuk, arus lalu lintas menuju Pasar Baru padat.
Antrian padat kendaraan bermotor di underpass Gunung Saharai, kerap kali disebabkan oleh lampu merah di perempatan.
Meski kerap terjebak macet, saya pribadi, tetap nyaman saat melewati underpass ini, terutama pada waktu sore. Kok, bisa nyaman di tengah kemacetan?
Ada tanaman merambat di sepanjang dinding underpass
Berbeda dengan underpass lainnya yang saya temui, underpass di Gunung Sahari ini, di desain agar terlihat lebih hidup.
Di pembatas jalan ditanami pohon hias, sedangkan pada dindingnya ditanami tanaman merambat yang panjangnya mencapai sekitar 3 meter.
Jenis tanaman merambat pada dinding underpass Gunung Sahari adalah Lee Kwan Yew atau Vernonia elliptica (nama Latin).
Orang Barat mengenal tanaman ini sebagai curtain creeper, karena bentuknya seperti tirai atau horden.
Di Indonesia, tanaman ini lebih dikenal dengan nama Janda Merana. Mengapa dijuluki Janda Merana? Saya belum menemukan catatan resminya.
Tapi, dugaan saya, ini karena bentuknya yang seperti tangisan. Daun tanaman Janda Merana berbentuk elips (lonjong) dan berwarna hijau pucat.