Dalam kondisi ini, taman atap memiliki peran penting untuk mendinginkan udara melalui proses evapotranspirasi---yakni pelepasan air ke udara dari tanah, tanaman, dan sumber lainnya.
Proses ini, secara alami membantu menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban udara di sekitarnya.
Selain itu, jumlah kendaraan bermotor yang sangat tinggi di Jakarta menyebabkan tingkat emisi karbon dioksida (CO2) meningkat tajam, yang pada gilirannya memperburuk kualitas udara.
Dalam hal ini, taman atap juga berfungsi sebagai penyaring udara, membantu mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas hidup warga kota.
Lebih dari sekadar fungsi ekologis, taman atap juga menyediakan ruang bersantai bagi masyarakat, menjadi tempat berkumpul bersama keluarga maupun kerabat dekat, serta mendorong terjadinya interaksi sosial antarwarga.
Tidak cuma itu, taman atap, juga dapat menjadi habitat mikro bagi berbagai spesies, seperti kupu-kupu dan burung.
Hampir setiap pagi, saya menyaksikan kupu-kupu terbang di sekitar bangunan Rusun Pasar Rumput--menunjukkan bahwa taman-taman kecil yang dibuat di atap atau area sekitar gedung dapat menjadi tempat berkembang biak bagi serangga dan makhluk hidup lainnya.
Ini menunjukkan bahwa meskipun ruang yang tersedia terbatas, taman atap tetap mampu memberikan kontribusi terhadap keanekaragaman hayati di kota.
Urgensi membangun taman atap lebih banyak di Jakarta
Dengan mempertimbangkan berbagai fungsi dan manfaat yang sudah dijelaskan di atas, maka sudah selayaknya pembangunan taman atap diperluas di Jakarta.
Terutama pada gedung-gedung tinggi yang mendominasi lanskap kota, keberadaan taman atap dapat membantu mengurangi polusi udara, menurunkan suhu lingkungan, dan memberikan ruang hijau alternatif bagi masyarakat.
Apabila jumlah taman atap di Jakarta bertambah secara signifikan, maka penduduk kota dapat menikmati udara yang lebih bersih dan lingkungan yang lebih sejuk.