Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengapa Populasi Capung di Jabodetabek Kian Menurun?

25 Maret 2025   12:40 Diperbarui: 26 Maret 2025   00:27 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capung hinggap di atas dahan kering di kolam Taman Piknik di Jalan Manunggal II, Cipinang Melayu, Jaktim, Minggu (7/7/2019) | KOMPAS/AGUS SUSANTO

Bagi masyarakat urban yang berdomisili di wilayah Jabodetabek, kapan terakhir kali Anda mengamati keberadaan capung? Jika sulit mengingatnya, hal tersebut dapat dimaklumi.

Selama sepuluh tahun menetap di Jakarta, saya hanya dua atau tiga kali menjumpai capung di lokasi berbeda, yaitu di Jembatan Lima, Jakarta Barat, dan di rumah susun Pasar Rumput, Jakarta Selatan.

Serangga dengan mata menonjol menyerupai bola lampu ini, berperan sebagai bioindikator lingkungan yang efektif.

Keindahan capung dengan sayap transparan bak kain krep dan tubuh berwarna-warni, kini semakin jarang ditemui di area perkotaan yang minim dukungan ekosistem perairan yang memadai.

Sebagai predator, capung memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

Tulisan ini, akan mengulas penyebab menurunnya populasi capung di wilayah Jabodetabek, peran mereka dalam ekosistem, serta strategi pelestariannya.

Penurunan Keanekaragaman Capung di Jabodetabek

Berdasarkan laporan dari Mongabay.co.id, berbagai penelitian telah dilakukan di beberapa lokasi di Jabodetabek selama dekade terakhir, memberikan indikasi kondisi lingkungan di area tersebut.

Penelitian oleh Narti Fitriana (2016) mengungkap bahwa keanekaragaman capung di Situ Pamulang, Tangerang Selatan, lebih tinggi (15 spesies dengan 279 individu) dibandingkan dengan studi serupa di Buperta Cibubur (9 spesies), Situ Gintung (6 spesies), dan Kebun Raya Bogor (10 spesies).

Sementara itu, penelitian di taman kota Jakarta, seperti Taman Mini Indonesia Indah, mencatat hanya 5 spesies dengan 116 individu, dan Ragunan dengan 4 spesies (58 individu).

Meskipun demikian, indeks keanekaragaman hayati di TMII tergolong stabil dan cukup stabil di Ragunan. Di Situ Pamulang, spesies Brachythemis contaminata paling dominan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun