Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Putus-Nyambung dalam Berpacaran, Sebaiknya Bagaimana?

22 Februari 2024   17:12 Diperbarui: 4 Maret 2024   01:30 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan muda yang sedang berpacaran. (Sumber gambar: freepik.com)

Apa itu "pacaran"? Dikutip dari laman Wikipedia.org, pacaran adalah masa perkenalan antara dua individu (laki-laki dan perempuan) sebelum mereka menikah.

Pacaran, secara tradisional, dapat dimulai setelah pertunangan dan berakhir dengan pernikahan. Akan tetapi, dalam beberapa abad terakhir, pacaran dapat dimulai sebelum pertunangan dan berakhir dengan pernikahan.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah turut mempengaruhi hubungan antarmanusia. Jika dulu jodoh diatur oleh orangtua kita, sekarang menjadi berbeda, kita sendiri yang mengatur/memilih jodoh kita.

Pemilihan pacar, bahkan bisa dilakukan melalui aplikasi kencan. Saya ketemu istri saya, bukan melalui aplikasi kencan, tapi melalui media sosial Facebook.

Saya pernah baca kisah seorang Kompasianer (maaf saya lupa namanya) yang menemukan jodohnya, justru melalui platform Kompasiana. Saya kira, banyak generasi millennial dan Z menemukan jodohnya via media sosial.


Entah seperti apa media yang kalian gunakan untuk mencari pacar/jodoh kalian, saya kira, yang terpenting adalah bagaimana menjalankan dan mempertahankan hubungan tersebut. Sebab, kenyataannya, "putus nyambung" dalam masa pacaran tidak bisa dihindari.

Istilah "putus nyambung", barangkali, sudah akrab di telinga kita. Bagaimana tidak, fenomena ini, seringkali terjadi di sekitar kita. Kita sering menyaksikan atau mungkin pernah mengalami putus cinta, namun kemudian kembali bersama. Kondisi ini yang disebut putus nyambung.

Artikel ini hendak menyoroti fenomena putus nyambung dalam sebuah relasi pacaran, serta sikap yang mesti diambil saat mengalami putus nyambung.

Faktor-faktor Penyebab Putus Nyambung

Kita akan mempelajari terlebih dahulu 2 faktor yang menyebabkan pasangan muda mengalami putus nyambung dalam relasi pacaran. Kedua faktor yang dimkasud adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar pasangan, sedangkan faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pasangan yang berpacaran.

1. Faktor Eksternal

Mengapa pasangan muda seringkali putus nyambung? Ada dua alasan yang menjadi penyebabnya, yaitu karena perbedaan keyakinan dan perbedaan budaya.

  • Perbedaan Keyakinan

Hidup di Indonesia dengan segala keanekaragaman suku, budaya, dan agama menjadikan kita saling bertemu dan menyatu. Perjumpaan dengan beragam individu dari berbagai latar belakang agama, kadangkala dapat menimbulkan benih cinta.

Rasa sayang dan suka terhadap seseorang dapat muncul begitu saja tanpa direncanakan. Namun, bagaimana bila ternyata kita mencintai orang yang berbeda keyakinan dengan kita? Apakah kita akan tetap melanjutkan hubungan ataukah berhenti?

Seringkali, yang menjadi sulit justru, karena tidak mendapat restu dari orangtua, karena pasangan kita nggak sekayakinan dengan kita. Contoh, si A (Kristen) pacaran dengan si B (Muslim). Bisa saja keduanya saling mencintai tanpa memandang agama.

Tapi, karena tidak dapat restu dari orangtua karena isu perbedaan keyakinan, mereka memilih untuk putus. Tetapi nanti, mereka kangen dan balikan lagi. Nanti ditegur oleh orangtua, mereka putus lagi, begitu seterusnya.

  • Perbedaan Budaya

Bukan hanya karena perbedaan keyakinan sih, tapi juga karena perbedaan budaya. Setiap daerah dari Sabang sampai Merauke memiliki corak budaya yang berbeda-beda satu sama lain, termasuk juga dalam budaya pernikahan.

Dalam melaksanakan upacara pernikahan, setiap daerah memiliki cara yang unik. Misalnya, di Nusa Tenggara Timur (NTT), kita mengenal tradisi dalam adat pernikahan yang dikenal dengan istilah "belis".

Dikutip dari laman Kompas.com, belis (berupa barang apa pun) adalah simbol penting dalam pernikahan laki-laki dan perempuan di NTT, kalau tidak terpenuhi, maka belis bisa menjadi penyebab batalnya pernikahan.

Karena perbedaan-perbedaan budaya dalam upacara pernikahan inilah, seringkali, yang terjadi adalah pasangan muda menjadi tidak bersemangat untuk meneruskan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, yakni pernikahan. Kadang-kadang mereka putus, kadang-kadang nyambung lagi, begitu seterusnya. Sehingga, mereka menjadi sangat lelah dengan hubungan.

2. Faktor Internal

Sekarang, kita akan melihat faktor internal. Setidaknya, ada 3 faktor internal yang umumnya menjadi sebab mengapa terjadi putus nyambung dalam relasi pacaran. Ketiganya, diuraikan sebagai berikut.

  • Berkonflik karena Perbedaan Sifat

Setiap manusia memiliki sifat yang berbeda-beda satu sama lain. Sehingga, menyatukannya dalam sebuah hubungan pacaran memang gampang-gampang susah. Berikut ini adalah beberapa contoh perbedaan sifat dalam sebuah hubungan.

Contoh, si C mungkin tipenya cepat dan gegabah dalam mengambil keputusan, sedangkan si D tipenya detail dalam mempertimbangkan keputusan. Si D bisa minta putus karena sikap gegabah si C. Saat putus, mereka bisa kembali lagi, karena masih saling suka dan sayang.

Contoh lain, si E mungkin tipenya lelet dalam melakukan apa pun, sedangkan si F super gesit dan serba cepat. Si F bisa nggak nyaman dengan tipe si E, sehingga akhirnya memicu konflik. Ketika konflik terjadi, maka solusi yang diambil adalah putus hubungan. Tapi, karena kangen dan masih sayang, mereka bisa baikkan lagi.

  • Berkonflik karena Perbedaan Pandangan

Dalam relasi pacaran, perbedaan pandangan hingga terjadinya konflik adalah sesuatu yang terelakkan. Ini adalah sesuatu yang wajar, karena kita dan pasangan kita terbentuk dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Ketika saya pacaran, boleh dibilang saya sering beradu argumen dengan pacar saya, khususnya terkait doktrin (pengajaran) iman, tetapi kami tidak sampai pada kondisi putus hubungan.

Ada banyak pasangan muda yang berargumen hingga saling memojokan, ujung-ujungnya minta putus. Tapi, nanti mereka bakal baikkan lagi karena masih sayang.

  • Berkonflik karena Pengelolaan Uang yang Keliru

Isu pengelolaan uang, juga menjadi salah satu pemicu konflik dalam pacaran. Hal ini, karena uang berperan penting dalam menjamin masa depan pernikahan.

Contoh, si G mungkin tipenya hemat, tapi si H tipenya boros, suka beli sesuatu seenaknya. Hal ini akan mendatangkan konflik dalam relasi. Si G mungkin berpikir kalau si H seperti ini terus-menerus, maka tidak mungkin ada jaminan bagi masa depan mereka. Karena itu, si G memilih untuk putus di tengah jalan.

Akan tetapi, yang namanya cinta, selalu berhasil meleburkan perbedaan mereka menjadi satu. Ujung-ujungnya mereka nyambung lagi atau bersama kembali, apalagi salah satu pasangan mengaku akan berubah.

Bagi saya, kalau putus nyambung terjadi satu atau dua kali sih itu hal yang wajar. Tapi, kalau putus nyambung terjadi berulang kali, itu berarti hubungan tersebut sudah tak sehat lagi.

Bagaimana Menyikapi Putus Nyambung?

Pertanyaan yang mungkin muncul di benak kalian adalah lalu bagaimana cara menyikapi putus nyambung dalam relasi pacaran?

Seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa, kalau satu dua kali putus nyambung itu hal yang wajar, tapi kalau berulang kali itu tidak sehat. 

Kalau sering putus nyambung, maka seharusnya kita menguraikan masalahnya dan mencarikan solusi terbaik atas masalah tersebut. Jangan dibiarkan atau dipendam.

Apabila isunya adalah perbedaan agama dan budaya (masalah internal), maka sebaiknya berdiskusi dengan pasanganmu. Coba tetapkan tenggat waktu tertentu, barangkali 1 bulan atau bahkan 1 tahun untuk melihat perkembangannya, apakah orangtua merestui perbedaan agama ataukah tidak. Bila ternyata orangtua tidak merestuinya, ya sudah relasi itu harus diakhiri, meskipun berat.

Apabila isunya adalah perbedaan sifat, pandangan, dan pengelolaan keuangan (masalah internal), maka kedua belah pihak harus duduk bersama untuk mengevaluasi hal mana yang perlu diubah. Jika memang tidak bisa diubah, apakah mau berjuang dengan tetap menerima kekurangan masing-masing pasangan ataukah tidak.

Kita harus dengan tegas memutuskan dan tidak mengulur-ngulur waktu, apakah mau melanjutkan hubungan ataukah tidak. Kalau sudah diputuskan untuk tidak lanjut, ya jangan menyesal, apalagi sampai balik lagi. Karena hubungan yang putus nyambung berulang-ulang kali itu tidak sehat.

Selamat berjuang dalam relasi berpacaran! Semoga kalian bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun