Mohon tunggu...
Bhumi Literasi Anak Bangsa
Bhumi Literasi Anak Bangsa Mohon Tunggu... Penerbit

Dengan membaca kita mengenal dunia. Dengan menulis kita dikenal dunia. 🌍🖋️

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keyakinan Tak Pernah Usang

8 September 2025   13:02 Diperbarui: 8 September 2025   13:02 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan Harian (sumber: @rimut.id)

Dalam perjalanan hidup, manusia tidak pernah lepas dari luka, kehilangan, dan kegagalan. Setiap hati memiliki kepingan yang rapuh, yang suatu saat bisa retak oleh kenyataan yang pahit. Cinta yang dulu menggebu bisa berubah menjadi kenangan yang usang dan terbuang. Namun, di balik segala keterbatasan itu, ada satu hal yang tidak pernah lekang oleh waktu: keyakinan pada kebaikan Yang Maha Kuasa.

Kehidupan sering kali menghadirkan ujian yang membuat seseorang merasa hampir putus asa. Perasaan hancur, kecewa, dan kehilangan arah kerap menyelimuti. Namun, pada titik terendah itu, kepercayaan kepada Tuhan menjadi sumber cahaya. Ia mengajarkan bahwa di balik setiap kesedihan, selalu ada hikmah yang menunggu untuk ditemukan.

Hati manusia memang bisa patah, tetapi keyakinan tidak pernah bisa dihancurkan kecuali oleh dirinya sendiri. Keyakinan adalah pondasi batin yang menjaga seseorang tetap tegar meski segala sesuatu di sekitarnya runtuh. Selama ia berpegang pada iman dan kebaikan Tuhan, maka ia akan selalu menemukan jalan untuk bangkit kembali.

Cinta yang manusia miliki, betapapun indahnya, adalah sesuatu yang fana. Ia bisa memudar, hilang, bahkan meninggalkan luka mendalam. Tetapi keyakinan kepada Yang Maha Kuasa adalah sesuatu yang abadi. Ia tidak bergantung pada siapa pun, tidak terbatas ruang dan waktu, dan tidak mungkin usang.

Dalam keyakinan itulah, manusia belajar menerima. Menerima bahwa tidak semua yang diinginkan akan terjadi, menerima bahwa kehilangan adalah bagian dari hidup, dan menerima bahwa cinta manusiawi memiliki batas. Dengan penerimaan itu, lahirlah ketenangan batin yang sesungguhnya.

Keyakinan juga memberi energi untuk terus melangkah meski jalan penuh rintangan. Ia ibarat lentera dalam kegelapan, yang menuntun manusia agar tidak terjerumus pada keputusasaan. Dengan keyakinan, seseorang tidak lagi hanya memandang kesulitan sebagai beban, tetapi juga sebagai peluang untuk bertumbuh.

Ketika cinta usang dan hati patah, sering kali yang tersisa hanyalah doa. Doa yang tulus menjadi jembatan komunikasi dengan Sang Pencipta. Dalam doa, manusia menemukan kembali harapan, menemukan kembali tujuan, dan menyadari bahwa dirinya tidak pernah benar-benar sendiri.

Lebih dari itu, keyakinan menghadirkan kekuatan untuk memaafkan. Memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang lalu, memaafkan orang lain yang mungkin melukai, serta memaafkan takdir yang terasa tidak sesuai harapan. Dari memaafkan, lahirlah jiwa yang lebih damai dan siap melanjutkan perjalanan.

Hidup memang selalu bergerak, dan manusia tidak bisa mengendalikannya sepenuhnya. Tetapi dengan keyakinan pada kebaikan Tuhan, setiap langkah menjadi lebih ringan. Apa pun yang hilang, apa pun yang patah, tidak akan mampu mengalahkan semangat seseorang yang percaya pada rencana-Nya.

Keyakinan adalah sumber kehidupan itu sendiri. Ia tidak pernah usang, tidak pernah terbuang, dan tidak akan pernah berakhir. Selama manusia terus memeliharanya, maka ia akan selalu menemukan jalan pulang menuju kebahagiaan sejati: ketenangan dalam dekapan Yang Maha Kuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun