Lantai 3 (Rooftop): Area makan dengan konsep lesehan, menyuguhkan pemandangan senja Kota Malang dan suasana santai yang cocok untuk menikmati hidangan sambil berdiskusi atau merenung.
Segmentasi Wisatawan yang Jelas
Sebagai destinasi pariwisata minat khusus, Kafe Golekan menjaring segmen wisatawan yang sangat spesifik. Mulai dari mahasiswa, anak-anak, kolektor, spiritualis, hingga konten kreator yang mengangkat sisi budaya dan misteri. Anak-anak bermain boneka, mahasiswa berdiskusi sambil ngopi, sementara beberapa pengunjung datang khusus untuk merasakan energi spiritual dari koleksi yang ada.
Kafe ini juga menjadi rumah bagi lebih dari 10 kucing, menambah unsur kehangatan dan keunikan tempat. Menu makanan yang ditawarkan pun beragam---dari ayam goreng sambal matah hingga tahu crispy dan jajanan jadul. Dengan harga terjangkau dan dibuka setiap pukul 17.00 WIB, Kafe Golekan menjelma menjadi ruang komunitas wisatawan niche yang inklusif.
Lucy mengakui bahwa banyak orang awalnya ragu karena asosiasi horor dengan boneka tua. Namun justru itulah misinya: menghapus stigma dan memperkenalkan sisi lain dari boneka sebagai simbol masa kecil, memori, dan seni. Kafe ini menjadi pembuka mata bahwa tidak semua yang unik itu menakutkan---justru itulah esensi dari pariwisata minat khusus: menghargai yang tidak biasa.
Kafe Golekan bukan untuk semua orang---dan di situlah keistimewaannya. Ia menjadi ruang aman, ruang cerita, dan ruang eksplorasi untuk para pelancong yang haus akan makna, bukan hanya panorama. Sebuah aset wisata Kota Malang yang layak dipromosikan secara nasional bahkan internasional sebagai bagian dari penguatan pariwisata berbasis minat dan identitas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI