Sebaliknya, ada mahasiswa lain yang mungkin visinya tidak ditulis besar-besar. Namun ia rajin belajar, aktif berdiskusi, tekun mengerjakan tugas, dan tidak menyerah saat menghadapi kesulitan.Â
Ia memang tidak berteriak tentang visinya, tapi aksinya membuktikan bahwa ia benar-benar mengejar sesuatu. Pada akhirnya, siapa yang berhasil? Tentu yang kedua.
Kisah Inspiratif: Thomas Edison dan Bola Lampu
Sejarah mencatat bahwa Thomas Alva Edison memiliki visi besar untuk menerangi dunia dengan cahaya lampu pijar. Tapi bayangkan, kalau Edison hanya bermimpi tanpa berbuat, mungkin dunia tidak akan mengenal lampu seperti sekarang.
Edison melakukan ribuan percobaan. Ada yang mengatakan ia gagal lebih dari 10.000 kali. Tetapi dari setiap kegagalan, ia belajar sesuatu yang baru. Visi besarnya bukan sekadar halusinasi, karena dibarengi dengan kerja keras tanpa lelah.
Inilah bedanya orang yang punya mimpi dengan orang yang mau bekerja untuk mewujudkan mimpi. Visi memang penting, tetapi aksi adalah nyawa dari visi itu sendiri.
Visi dan Aksi yang Seimbang
Tentu, ada juga orang yang kebalikannya: penuh aksi, tetapi tanpa visi. Mereka sibuk bergerak, bekerja keras, tapi tidak tahu untuk apa. Hidupnya seperti orang mendayung perahu di tengah lautan tanpa arah. Capek, tapi tidak sampai ke mana-mana.
Di sinilah kita perlu menyadari bahwa visi dan aksi harus berjalan seimbang. Visi memberi arah, aksi memberi tenaga. Jika keduanya menyatu, maka mimpi besar bisa terwujud langkah demi langkah.
Contoh:
Visi: ingin menjadi guru yang menginspirasi murid.
Aksi: terus belajar metode mengajar baru, membaca buku, memberi teladan hidup, dan mencintai murid dengan tulus.
Visi: ingin membangun usaha kecil yang bermanfaat bagi banyak orang.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!