Mohon tunggu...
Demus Bezakel
Demus Bezakel Mohon Tunggu... Mahasiswa

Futsal, sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Visi Tanpa Aksi Hanya Halusinasi

28 Agustus 2025   19:03 Diperbarui: 28 Agustus 2025   19:03 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi visi aksi hanya halusinasi|Istockphoto

Setiap orang punya mimpi. Ada yang ingin sukses dalam pendidikan, ada yang bercita-cita menjadi pengusaha, ada pula yang berkeinginan sederhana hidup bahagia bersama keluarga. 

Mimpi itu indah, bahkan sering memberi semangat untuk bertahan menghadapi kerasnya kehidupan. Tetapi, apakah mimpi itu cukup untuk membuat kita berhasil?

Jawabannya: tidak.
Sebab mimpi atau visi tanpa tindakan hanyalah sekadar khayalan belaka. Itu sebabnya ada pepatah yang mengatakan, "Vision without action is just hallucination." Visi tanpa aksi tidak akan pernah membawa kita ke mana-mana.

Visi Itu Kompas, Bukan Tujuan Akhir

Visi sering disalahartikan. Banyak orang mengira bahwa dengan punya visi besar, otomatis hidupnya akan sukses. Padahal, visi hanya ibarat kompas penunjuk arah. Ia menunjukkan tujuan, tapi tidak akan pernah membuat kita sampai ke tujuan itu jika kita tidak berjalan.

Bayangkan seseorang yang punya visi ingin menjadi dokter. Ia bermimpi memakai jas putih, menolong pasien, bahkan membayangkan dirinya dikenal sebagai dokter yang hebat. 

Tetapi setiap hari ia malas belajar, lebih senang bermain gim atau tidur siang daripada membaca buku. Apakah mungkin ia menjadi dokter? Tentu tidak.

Visi hanya akan berarti jika ada usaha nyata. Tanpa itu, visi hanyalah seperti menatap bintang di langit sambil berkhayal suatu saat bisa terbang ke sana, tapi tidak pernah benar-benar membuat roket untuk meluncur.

Aksi: Jembatan Antara Mimpi dan Kenyataan

Aksi adalah jembatan yang menghubungkan visi dengan realisasi. Kita bisa bermimpi besar, tetapi jika tidak berani mengambil langkah kecil, maka mimpi itu akan selamanya menjadi mimpi.

Mari kita lihat contoh sederhana. Ada seorang mahasiswa yang punya visi ingin lulus dengan nilai terbaik. Ia menuliskan visinya di dinding kamarnya, bahkan menempelkan kata-kata motivasi. 

Tetapi ketika ada tugas kuliah, ia malas mengerjakan. Saat ujian, ia mencontek karena tidak belajar. Visi yang ditulis indah-indah itu akhirnya hanya menjadi hiasan tembok.

Sebaliknya, ada mahasiswa lain yang mungkin visinya tidak ditulis besar-besar. Namun ia rajin belajar, aktif berdiskusi, tekun mengerjakan tugas, dan tidak menyerah saat menghadapi kesulitan. 

Ia memang tidak berteriak tentang visinya, tapi aksinya membuktikan bahwa ia benar-benar mengejar sesuatu. Pada akhirnya, siapa yang berhasil? Tentu yang kedua.

Kisah Inspiratif: Thomas Edison dan Bola Lampu

Sejarah mencatat bahwa Thomas Alva Edison memiliki visi besar untuk menerangi dunia dengan cahaya lampu pijar. Tapi bayangkan, kalau Edison hanya bermimpi tanpa berbuat, mungkin dunia tidak akan mengenal lampu seperti sekarang.

Edison melakukan ribuan percobaan. Ada yang mengatakan ia gagal lebih dari 10.000 kali. Tetapi dari setiap kegagalan, ia belajar sesuatu yang baru. Visi besarnya bukan sekadar halusinasi, karena dibarengi dengan kerja keras tanpa lelah.

Inilah bedanya orang yang punya mimpi dengan orang yang mau bekerja untuk mewujudkan mimpi. Visi memang penting, tetapi aksi adalah nyawa dari visi itu sendiri.

Visi dan Aksi yang Seimbang

Tentu, ada juga orang yang kebalikannya: penuh aksi, tetapi tanpa visi. Mereka sibuk bergerak, bekerja keras, tapi tidak tahu untuk apa. Hidupnya seperti orang mendayung perahu di tengah lautan tanpa arah. Capek, tapi tidak sampai ke mana-mana.

Di sinilah kita perlu menyadari bahwa visi dan aksi harus berjalan seimbang. Visi memberi arah, aksi memberi tenaga. Jika keduanya menyatu, maka mimpi besar bisa terwujud langkah demi langkah.

Contoh:

  • Visi: ingin menjadi guru yang menginspirasi murid.

  • Aksi: terus belajar metode mengajar baru, membaca buku, memberi teladan hidup, dan mencintai murid dengan tulus.

  • Visi: ingin membangun usaha kecil yang bermanfaat bagi banyak orang.

  • Aksi: mulai dari berjualan kecil-kecilan, menabung, belajar manajemen, dan tidak takut gagal.

Dari langkah kecil, lahirlah hasil besar.

Mengapa Banyak Orang Berhenti di Visi?

Pertanyaannya: mengapa banyak orang hanya berhenti di mimpi tanpa pernah bertindak?

Ada beberapa alasan:

  1. Takut gagal. Banyak orang lebih suka berkhayal daripada mencoba, karena khayalan tidak pernah mengecewakan. Tapi tindakan bisa membawa risiko gagal, dan itu menakutkan.

  2. Malas. Visi yang besar membutuhkan kerja keras. Tidak semua orang siap mengorbankan waktu, tenaga, bahkan kenyamanan.

  3. Tidak disiplin. Mereka punya semangat di awal, tetapi tidak konsisten. Akhirnya visi hanya tinggal semangat sesaat.

  4. Kurang percaya diri. Banyak orang merasa mimpinya terlalu besar, sehingga tidak berani melangkah sama sekali.

Padahal, kegagalan adalah bagian dari proses. Edison gagal ribuan kali sebelum sukses. Kolonel Sanders (pendiri KFC) ditolak ratusan kali sebelum resep ayam gorengnya diterima. Bahkan seorang anak kecil pun harus jatuh berkali-kali sebelum bisa berjalan.

Dari Halusinasi Menjadi Realisasi

Visi tanpa aksi hanyalah halusinasi, tetapi visi dengan aksi akan menjadi transformasi. Lihatlah tokoh-tokoh besar dunia. Mereka punya mimpi besar, tetapi tidak berhenti di sana. 

Mereka bekerja keras, bahkan rela menderita demi melihat visinya terwujud. Nelson Mandela berjuang puluhan tahun untuk memperjuangkan kesetaraan di Afrika Selatan. 

B.J. Habibie menghabiskan hidupnya mempelajari teknologi pesawat demi mewujudkan visinya membangun industri penerbangan Indonesia.

Mereka tidak hanya bermimpi. Mereka bertindak. Pelajaran untuk Kita, Kita tidak harus menjadi tokoh besar untuk menerapkan prinsip ini. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita bisa melakukannya.

  • Ingin sehat? Jangan hanya bermimpi punya tubuh ideal, mulailah olahraga dan makan sehat.

  • Ingin keluarga bahagia? Jangan hanya berharap, tapi belajarlah mendengarkan, meluangkan waktu, dan saling menghargai.

  • Ingin sukses dalam studi? Jangan hanya berandai-andai, tapi rajinlah belajar, mengatur waktu, dan menjaga disiplin.

Langkah kecil lebih baik daripada mimpi besar tanpa tindakan.

Hidup ini singkat. Jangan habiskan hanya untuk berkhayal. Tulis visimu, yakini, dan mulailah bergerak. Tidak perlu menunggu sempurna. Bahkan satu langkah kecil setiap hari akan membawamu lebih dekat pada tujuan.

Ingatlah:

  • Visi tanpa aksi hanyalah halusinasi.

  • Visi dengan aksi akan menjadi transformasi.

  • Visi dengan aksi yang konsisten akan menjadi inspirasi.

Jadi, jangan hanya bermimpi. Bangun, bergerak, dan wujudkan!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun