Mohon tunggu...
Demus Bezakel
Demus Bezakel Mohon Tunggu... Mahasiswa

Futsal, sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Panen Air Hujan di Rumah, Merdeka dari Krisis Air Bersih

25 Agustus 2025   18:59 Diperbarui: 25 Agustus 2025   18:59 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ditanya soal pengalaman memanen air hujan, jujur saya pernah mencobanya secara sederhana di rumah. Waktu itu, saya menyiapkan ember besar di halaman saat hujan deras turun. Rasanya menyenangkan sekali melihat wadah itu cepat terisi. 

Air hujan itu kemudian saya gunakan untuk mencuci lantai, menyiram tanaman, bahkan mencuci motor. Meski sistemnya belum rapi seperti yang sering saya lihat di internet, pengalaman itu membuat saya sadar: ternyata air hujan benar-benar bisa membantu meringankan kebutuhan sehari-hari.

Sejak saat itu, setiap musim hujan datang, saya selalu menyimpan wadah penampungan. Memang tidak setiap kali hujan saya sempat menyiapkannya, tapi ketika berhasil, hasilnya lumayan. Saya merasa seperti "menabung air" yang gratis dan bermanfaat.

Krisis Air Bersih, Ancaman Nyata di Sekitar Kita

Air bersih adalah kebutuhan paling dasar manusia, tetapi sayangnya tidak semua orang bisa menikmatinya dengan mudah. Di lingkungan saya, kadang memang ada kendala. Air PDAM tidak selalu lancar, bahkan kadang kualitasnya kurang jernih. Pernah juga suatu waktu air keruh keluar dari keran sehingga harus menunggu beberapa saat agar kembali normal. Kondisi seperti itu membuat saya berpikir, bagaimana kalau suatu hari benar-benar terjadi krisis air bersih?

Kalau menengok data, ternyata keresahan saya bukan tanpa alasan. Menurut laporan UNICEF dan WHO (2022), sekitar 2,2 miliar orang di dunia masih belum mendapatkan akses air minum yang benar-benar aman. Bayangkan, hampir sepertiga penduduk bumi masih kesulitan mendapatkan sesuatu yang bagi kita terasa sederhana: segelas air bersih.

Di Indonesia sendiri, tantangannya juga besar. Cakupan PDAM untuk masyarakat Indonesia baru sekitar 28%. Artinya, mayoritas rumah tangga masih bergantung pada sumur gali, sumur bor, atau membeli air isi ulang. Masalahnya, air tanah juga tidak selalu aman. Ada yang keruh, berbau besi, bahkan tercemar limbah. Di kota-kota pesisir, pengambilan air tanah berlebihan bahkan sudah menimbulkan penurunan muka tanah, salah satunya di Jakarta. Akibatnya, risiko banjir rob makin parah.

Selain itu, perubahan iklim membuat musim hujan dan kemarau semakin sulit diprediksi. Ada tahun di mana hujan turun berlebihan hingga menyebabkan banjir, sementara di tahun lain, kemarau panjang membuat masyarakat kekeringan. Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa krisis air bersih bukan sekadar wacana, melainkan kenyataan yang semakin dekat.

Panen Air Hujan: Solusi Sederhana dari Rumah

Melihat kondisi seperti itu, saya merasa panen air hujan adalah salah satu cara untuk lebih mandiri. Meski mungkin tidak bisa 100% menggantikan kebutuhan air minum, tapi setidaknya bisa membantu kebutuhan lain seperti mencuci, mengepel, atau menyiram tanaman. Dengan begitu, kita tidak terlalu tergantung pada satu sumber saja.

Air hujan sebenarnya adalah sumber daya alam yang luar biasa. Indonesia adalah negara tropis dengan curah hujan rata-rata tinggi. Di beberapa wilayah, curah hujan bisa mencapai 2.000--3.000 mm per tahun. Artinya, ada potensi miliaran liter air hujan yang jatuh ke bumi setiap tahunnya, tetapi sebagian besar hanya terbuang menjadi limpasan yang mengalir ke sungai lalu ke laut.

Padahal, dengan sedikit kreativitas, air hujan itu bisa ditangkap dan dimanfaatkan kembali. Bayangkan, kalau setiap rumah di Indonesia menampung hanya 500 liter air hujan setiap kali hujan deras, betapa besar volume air yang bisa disimpan. Jumlah itu bisa membantu mengurangi ketergantungan pada PDAM dan sumur bor.

Manfaat Panen Air Hujan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun