Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... Relawan - Menulislah Selayaknya Bertutur, Mengalirlah Energi Kebaikan

Berbagi pengalaman, kesempatan dan cerita sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Tatap Muka: Kejarlah Ilmu walau Harus Bermasker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak

21 April 2021   19:09 Diperbarui: 21 April 2021   19:13 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak minggu lalu, Iyuk sudah cerita bahwa cucunya mulai masuk sekolah pada hari Senin, 19 April 2021. Si cucu dan teman-temannya akan masuk kelas secara bergantian. Jadi tidak setiap hari mereka masuk. Sesuai dengan SE Walikota Malang No. 15 Tahun 2021, anak-anak didik tingkat PAUD sampai sekolah menengah sudah diperbolehkan menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM). Nah, bagaimana orang tua harus menyikapi kebijakan baru ini?

Proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan selama selama pandemi, secara bertahap mulai dikembalikan menjadi PTM. Pemberlakuannya tentu tidak sama seperti PTM sebelum pandemi. Kapasitas ruangan untuk PTM dalam masa pandemi hanya 50% sehingga kehadiran anak-anak diatur sesuai nomor urut. Lantas, apakah protokol kesehatan yang ketat bisa diterapkan oleh anak-anak? Menggunakan masker selama kegiatan di sekolah adalah wajib, tak bisa ditawar lagi. Pengukuran suhu juga harus dilakukan sebelum memasuki wilayah sekolah. Cuci tangan dengan benar dan menjaga jarak juga harus ditaati agar sekolah tak menjadi lokasi baru dalam penyebaran virus ini. Meskipun para guru sudah mendapatkan vaksin, ketaatan menjalankan protokol kesehatan tetap harus dilakukan.

Kurikulum yang baru digunakan mengalokasikan jam belajar yang singkat, yaitu sekitar 4 jam, dengan jeda istirahat selama 30 menit. Kantin sekolah tidak diperbolehkan buka sehingga anak-anak harus membawa bekal dari rumah. Orang tua harus mulai membiasakan hal ini karena tidak semua anak menyukai makanan rumah. Kebiasaan jajan di sekolah adalah salah salah hal yang mengasyikkan saat bersekolah. Iya, 'kan? Karena penerapan PTM mulai dilakukan pada masa puasa, kebutuhan bekal anak belum menjadi masalah. Situasinya mungkin berbeda di sekolah yang siswanya tidak berpuasa.

Kebijakan penerapan PTM ini menjadi jawaban atas kegelisahan mengenai penurunan kemampuan belajar atau learning loss yang ditemukan periset SMERU. Selama PJJ, kendala belajar dialami oleh anak-anak dengan sarana pembelajaran dan dukungan ortu yang beragam serta akses internet yang kurang baik. Kegundahan bahwa anak-anak akan mengalami kemunduran belajar ini menjadi awal munculnya rekomendasi agar pembelajaran tatap muka dilakukan kembali. Kini, harapan pemberlakuan PJJ kembali terbuka. Artinya, ada kesempatan bagi mereka untuk mengejar ketertinggalan belajar selama ini karena jaringan yang buruk, komunikasi yang terbatas, dan modul pembelajaran yang tidak bisa diakses. Anak-anak kembali bersekolah untuk mendapatkan materi belajar serta berinteraksi dan mendapatkan bimbingan langsung dari para pengajar. Harapan telah terbuka.

Ada baiknya, kebijakan baru ini disosialisasikan dalam waktu yang cukup. Beberapa orang tua mengatakan pemberitahuan waktu masuk sekolah ini dadakan. Aku ingat, kira-kira hari Jumat, pekerja rumah tanggaku bercerita dengan gelisah karena mempersiapkan cucunya masuk sekolah. Dia harus membeli bermacam perlengkapan, seperti sepatu, baju, dan masker bedah yang disyaratkan oleh sekolah. Sebenarnya, dalam SE Walikota disebutkan bahwa masker kain bisa dikenakan, tetapi harus berlapis tiga.

Orang tua juga harus memperhitungkan kebutuhan anak-anak sebelum masuk sekolah. Wajar saja jika mendadak harus beli baju, wong selama ini anak-anak biasa pakai baju bebas alias tak berseragam. Dalam rentang waktu satu tahun, ukuran badan dan kaki anak-anak tentu sudah berubah. Jadi, inilah saat berbelanja. Walaupun bukan untuk persiapan Lebaran, membeli sepatu dan baju baru tetap menyenangkan, bukan?

Kebijakan baru harus disikapi dengan semangat adaptasi kebiasaan baru (AKB). Mari mempersiapkan anak-anak dengan mengajarkan protokol kesehatan yang benar dan menerapkannya dengan tertib. Pandemi belum berakhir. Jadi, kita harus merawat kehidupan ini. Memakai masker dengan benar bukanlah hal sepele., tetapi hal besar yang membuat kita terlindungi dari paparan virus. Pemakaian masker yang tepat harus dilakukan walaupun harus berinvestasi dengan membeli masker bedah/masker kain yang sesuai. Apakah kita sudah siap mengantar anak-anak ke sekolah?Jawabannya tergantung pada masing-masing orang tua. Pertimbangan kesehatan adalah yang paling utama dan orang tualah yang paling tahu kondisi anak-anaknya.

Selamat kembali ke sekolah, anak-anakku sayang! Kejarlah ilmu walaupun harus selalu bermasker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Salam sehat!

Beti.MC

Catatan:

Riset SMERU dan SE Walikota dapat dibaca pada link berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun