Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Definisi: Kejarlah Akhirat, Dunia Mengikuti

23 Maret 2024   08:40 Diperbarui: 23 Maret 2024   08:42 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Life, work, ibadah balance, Dokpri

Kajian fiqih Ustadz Habib bada sholat subuh berjamaah tadi pagi mengingatkan kembali tentang fiqih puasa dan iktikaf. Kajian yang membantu jamaah memperkaya diri dengan ilmu dalam beribadah sangat besar manfaatnya sebab menjalani kehidupan, melakukan ibadah tanpa iman dan ilmu bagaikan layang-layang putus tali. 

Ketika pembahasan masuk pada fiqih iktikaf, Ustdaz Habib kembali menyinggung ayat tentang keutamaan iktikaf di masjid yang memberi kesempatan bagi seorang mukmin untuk merenung, lebih fokus dalam ibadah dan berkomunikasi dengan Allah. Iktikaf di bulan Ramadan adalah berdiam di masjid untuk beribadah dalam sepuluh hari terakhir. Membayangkan meluangkan waktu 10 hari di antara 365 hari dalam setahun, hanya untuk murni beribadah rasanya sangat luar biasa. Seolah kami diingatkan kembali, seberapa serius menyiapkan bekal untuk akhirat nanti. 

Ustadz Habib menyitir dua ayat dalam Al Qur'an yang menggambarkan dua jenis manusia, yaitu si pemburu dunia  dan si pemburu akhirat. Saya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabdikan tayangan slide beliau dan membagikan di status WA, buat pamer kalau rajin ikut kajian? Nggaklah buat apa pamer kalau kebanyakan tetangga sudah pada paham kalau saya salah satu jamaah masjid yang rajin ikut kajian hahahaha slepetttt. Bukan, dengan membagikannya dalam status WA, lalu menyimpan isi kajian dalam sebuah artikel saya berharap kecipratan pahala. Siapa tahu hanya dengan berbekal motret catatan ustadz, lalu membagikannya ke khalayak luas saya dapat bagian pahala kebaikan yang beliau ajarkan.

Lalu apa makna jenis manusia pemburu dunia dan pemburu akherat? Apakah si pemburu dunia hanya melulu menjalani hidup dengan bekerja dan bersenang-senang? Apakah si pemburu akherat hanya berdiam di masjid jungkir balik sholat, tadarus sammpai berkali-kali khatam Al Qur'an tanpa bekerja dan mencari nafkah, tanpa merawat keluarga? 

Pada dasarnya, jika para ulama membahas tentang si pemburu dunia, maka artinya yang dibicarakan adalah orang yang mendahulukan dunia hingga mengabaikan akherat. Sibuk bekerja, menumpuk harta hanya untuk kepentingan dunia saja hingga lupa menunaikan kewajiban syariat. Ibaratnya begitu sibuknya cari uang sampai lupa sholat dan enggan mengeluarkan zakat. Sedangkan jika para ulama menyampaikan tentang keutamaan si pemburu akherat, bukanlah tentang orang yang kerjanya sholat, dzikir, ngaji doang. Tetapi orang yang melakukan segala sesuatu kebaikan diniatkan karena Allah. Ia yakin bahwa ada kehidupan setelah mati dan segala yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan, maka ia meniatkan semua yang dilakukan di dunia karena Allah, berharap mendapatkan rahmat dan bekal akherat.

Luangkan waktu untuk merenung tentang arti hidup ini, Dokpri
Luangkan waktu untuk merenung tentang arti hidup ini, Dokpri

Si pemburu akherat ini sejatinya adalah orang yang mampu menyeimbangkan caranya berinteraksi dengan sesama manusia (life) , mencari nafkah atau bekerja (work) dan beribadah. Si pemburu akherat memiliki keyakinan bahwa jika ia mendahulukan akherat maka dunia akan mengikuti. Inilah yang disebut keseimbangan. Mari kita renungkan, manusia hidup di dunia adalah kehendak Allah, rezeki, jodoh dan saat matinya manusia sebagai makhluk semua tergantung kepada takdir Allah sebagai Sang Pencipta. Jika manusia berupaya berterima kasih kepada Allah atau berupaya mendapatkan perhatianNya, karuniaNya bukankah lazimnya manusia harus melakukan hal-hal yang disukai Allah? Jika Allah sudah suka, cinta maka Dia pun akan mengabulkan permohonan kita. Bahkan dalam kenyataan hidup, orang-oramg yang tidak taat kepadaNya banyak yang masih bisa hidup dengan sehat dan bergelimang harta. Nggak mungkin Allah akan mengabaikan orang yang berusaha membuat Allah mencintainya. Andai telah berupaya menyenangkan Allah dengan segala cara tetapi rezekinya dirasa sedikit, mungkin saatnya merenung : jangan-jangan berbuat kebaikan karena tidak ikhlas, atau jangan-jangan ada hal-hal yang membuat doa serta rezeki terhalang.

Berdoa dan bekerja sumber : Pixabay (Javad ismaeli)
Berdoa dan bekerja sumber : Pixabay (Javad ismaeli)

Sosok yang mendahulukan akherat dibandingkan dunia memiliki keyakinan bahwa saat mendahulukan akherat maka dunia akan mengikuti. Keyakinan ini bukan imajinasi namun janji Allah secara pasti.

"Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun