Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Apa & Siapa Penyair Indonesia", Pintu Terbuka untuk Ajang Silaturahmi

17 November 2017   12:26 Diperbarui: 17 November 2017   12:35 2094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa jumlah penyair atau paling tidak penulis puisi di Indonesia? Rasanya tak ada yang bisa menjawab tepat. Apalagi kalau dirunut ke belakang, sejak syair-syair zaman dulu, mulai dari kidung dan macapat, pantun, gurindam, dan berbagai jenis tulisan yang digolongkan ke dalam "puisi lama". Bahkan kalau mau menghitung jumlah penyair -- atau sekali lagi paling tidak para penulis puisi -- yang menulis karya-karya "puisi baru" atau "puisi modern" pun, jumlahnya pasti tak terhitung lagi.

Tapi paling tidak ada sekian ratus yang secara tetap tentu menulis puisi, dan itulah yang tercatat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia yang baru saja diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi di Jakarra. Tercatat ada 674 nama penyair, dari A sampai Z, dari yang muda sampai yang sudah tua, dari yang masih hidup sampai yang sudah meningggal dunia. Tentu saja nama-nama tenar seperti Chairil Anwar, Amir Hamzah, WS Rendra, Sapardi Djoko Damono, sampai yang disebut-sebut sebagai Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, tercantum pula di dalamnya.

Buku setebal XXVIII + 675 halaman itu diterbitkan dengan editor Maman S. Mahayana, dan tim kurator yang terdiri dari Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, Rida K. Liamsi, Ahmadun Y. Herfanda, dan Hasan Aspahani. Mereka masih dibantu pula oleh sekitar 20 kontributor dari berbagai daerah di Indonesia, yang membantu mengumpulkan biodata para penyair di daerah masing-masing.

Tanda tangan Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, di buku
Tanda tangan Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, di buku
Seperti dikatakan dalam pengantar buku itu, "sebagai usaha pendataan, buku ini tidak berpretensi meligitimasi kepenyairan seseorang". Walau pun demikian entah seseorang merasa pantas disebut penyair atau hanya sekadar penulis puisi seperti pernyataan yang juga dikutip di buku itu, "banyak penulis puisi, tetapi sedikit yang menjadi penyair!", paling tidak keberadaan buku ini berhasil mencatat nama-nama yang ikut membantu mengembangkan "dunia perpuisian" di Tanah Air.

Hal itu sejalan dengan misi pihak penerbit buku, Yayasan Hari Puisi, yang bertujuan untuk menjadi wadah dan payung kreatif bagi kegiatan perpuisian di Indonesia. Buku yang diterbitkan itu paling tidak dapat menjadi batu loncatan untuk "menyelami lautan puisi Indonesia yang maha luas".

Memang harus diakui, nama-nama yang ada di dalam buku itu, ada yang sudah sangat senior dan jelas-jelas penyair, dan ada pula yang masih dalam tahap penulis puisi. Seperti saya sendiri, yang meskipun telah sejak kecil menulis puisi, tetapi baru akhir-akhir ini kembali bergiat di dunia tersebut. Paling tidak sejak lima tahun terakhir ini, cukup intens menulis puisi dan pada 2017 telah menerbitkan tiga buku kumpulan puisi tunggal. Beruntung, nama saya termuat di dalam buku itu.

Entri yang memuat biodata saya dalam buku
Entri yang memuat biodata saya dalam buku
Di luar itu, pasti masih ada nama-nama penulis puisi lainnya yang cukup rajin menulis puisi, tetapi belum masuk ke dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia tersebut. Besar harapan, mungkin setiap dua atau tiga tahun sekali, Yayasan Hari Puisi dapat memperbarui edisi buku itu. Sehingga bisa lebih banyak memasukkan nama-nama penulis puisi dan penyair Indonesia.

Untuk sebuah negara dengan 250 juta lebih penduduk, seharusnya ada lebih banyak dari sekadar 674 nama yang masuk dalam buku. Ambil angka paling ringan saja, 10.000 dari 250.000.000 atau berarti hanya 1 penyair atau penulis dari 25.000 penduduk, masa' sih tidak ada?!

Apa pun itu, buku ini seperti dikatakan dalam pengantarnya, dapat dimaknai sebagai "pintu terbuka untuk ajang silaturahmi, saling mengenal sesama saudara, sesama penyair, siapa pun dia dengan latar berlakang etnik mana pun dan dengan agama apa pun". Memang benar, karena banyak di antara biodata penyair yang dimuat mencantumkan alamat pos elektronik (e-mail) bahkan dengan nomor telepon genggam masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun