Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Reunian Saat Bukber "Ajang Silaturahmi atau Flexing?"

14 Maret 2024   13:50 Diperbarui: 14 Maret 2024   13:57 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi Bukber saat bulan Ramadhan kerapkali menjadi ajang Reunian antar kawan lama yang biasanya sangat sulit ditemui. Tapi alih-alih menjadi ajang silaturahmi, reuni saat bukber kadang sering dijadikan ajang Flexing. 

Beberapa pengalaman saya di Ramadhan sebelumnya yang pernah mengikuti acara reunian bukber, realita yang sering terjadi adalah banyaknya "Adu Gengsi", obrolan dan pembahasan tidak jauh dari seputar pencapaian. 

Kaya pertanyaan-pertanyaan "Kamu sekarang kerja dimana? Kamu sekarang Rumahnya dimana? Terus anak kamu disekolahin Dimana?" Semua pertanyaan-pertanyaan itu, seakan menjadi tolak ukur "Oh si A sekarang sudah sukses" atau "Oh si B ternyata masih belum punya kerja, dan masih belum punya rumah!"


Durasi bukber yang sebenarnya tidak terlalu lama, bukan diisi dengan obrolan yang berfaedah, tapi kadang lebih banyak diisi dengan obrolan basa-basi yang saya rasa kurang pas dijadikan topik pembahasan. Karena tidak semua orang suka membicarakan pencapaian, kita tidak pernah tau kesulitan apa yang dihadapinya. 

Mungkin sebagian orang berharap acara reuni bisa menjadi solusi untuk menghibur diri dan saling bernostalgia, tapi kenyataannya malah menjadi ajang saling membanggakan diri. Berfoto selfie untuk diupload di medsos lebih banyak daripada durasi silaturahmi.  Tak ada lagi tawa yang tulus seperti saat masih sama-sama berstatus pelajar seperti dulu. Tak ada lagi istilah "Udunan" saat gengsi lebih diutamakan. Dewasa sudah membuat banyak orang kehilangan "Apa Adanya".  Semua takut tidak diakui dan tidak dihargai.  Masing-masing sibuk mempertontonkan pencapaian diri. Semua banyak yang berubah, tak ada lagi seru-seruan makan bakso dipinggir jalan, yang ada hanya semua sudah menjadi kenangan.
 
Mungkin tidak semua acara reunian seperti pengalaman saya, bisa jadi setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda yang lebih berkesan dan menyenangkan. Kalo untuk saya pribadi saat ini, Reunian saat Bukber, Yes or No? Maybe No, karena kembali lagi kepada hakikatnya.

Jika reuni menjadi ajang silaturahmi yang sekiranya memang bermanfaat seperti konteks Reunian Bukber yang di isi dengan Acara Kajian atau berbagi Berkah dengan Anak-anak yatim, Why not? It's Good Idea! 

Namun jika ajang reunian tersebut hanya berujung banyaknya kemudharatan yang terjadi, saya lebih memilih untuk tidak ikut. Karena konteksnya Ramadhan akan lebih bermakna jika diisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan bernilai pahala. Jika ditelusuri dari awal konteks reuniannya saja sudah banyak bikin ribet, Misal harus membeli Dresscode, harus menyiapkan Budget anggaran di hotel berbintang,  dan syarat-syarat lainnya yang terasa memberatkan, maka bisa dipastikan konteks Bukber tersebut tak lagi menjadi Ajang silaturahmi yang bermanfaat tapi malah lebih banyak membawa mudarat. 

"Ramadhan adalah Tamu Istimewa yang datang hanya satu Tahun Sekali, Maka perlakukannlah Tamu Istimewa itu dengan sebaik-baiknya, Mulailah kerjakan hal-hal bermanfaat dan Tinggalkan hal-hal yang membawa mudarat, Agar Ramadhan mu menjadi Bulan yang membawa seribu keberkahan"

 
 
  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun