Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perpustakaan, Tempat untuk Menemukan "Akar" Diri

4 Maret 2017   20:14 Diperbarui: 6 Maret 2017   00:00 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan ayah saya berprofesi sendiri adalah pegawai negeri sipil yang menekuni karier di Departemen Perindustrian dan juga Departemen Perdagangan. Sementara ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang juga senang menjahit dan sempat membuka usaha menjahit rumahan, serta menerima murid-murid yang ingin belajar menjahit.

Enam kakak saya dan seorang adik saya, semuanya bekerja di berbagai bidang dan hampir semuanya sebagai karyawan swasta. Kecuali kakak saya nomor dua yang mengikuti jejak ayah, menjadi pegawai negeri. Tetapi tak ada satu pun yang menjadi pewarta atau mengembangkan bakat dan hobi menulis.

Tetapi seperti telah saya sebutkan, akhirnya saya tahu dari mana saya mendapatkan bakat dan hobi menulis dan menjadi pewarta. Pengetahuan itu saya peroleh baru beberapa tahun ini, ketika sekitar 2014 atau 2015, saya berkunjung ke PNRI. Ketika mengamati daftar koleksi terbitan berkala yang dimiliki PNRI, tanpa sengaja saya membaca ada Majalah Maesa, majalah perkumpulan kaum muda asal Minahasa, Sulawesi Utara, yang diterbitkan di Jakarta.

Saya lalu teringat ayah saya yang pernah bercerita bahwa dia dulu pernah bercerita cukup aktif di Perkumpulan Olahraga (POR) Maesa. Inilah yang membuat saya akhirnya meminjam bundel majalah terbitan 1935 sampai 1940 itu. Di sana tercetak nama ayah, F.W. Sinaulan, yang ikut bermain dalam tim bola tangan (korf ball) dan tenis, sebagaimana terdapat pada berita olahraga majalah itu.

Nama F.W. Sinaulan, ayah saya, terdapat dalam daftar redaksi majalah
Nama F.W. Sinaulan, ayah saya, terdapat dalam daftar redaksi majalah
Namun bukan hanya itu. Di Majalah Maesa edisi Januari 1936, saya mendapati pula nama ayah ada di deretan daftar redaksi majalah itu. Tak disangka, ayah ternyata pernah pula bergelut di dunia jurnalistik dan menjadi redaksi suatu majalah. Sadarlah saya, bakat dan hobi menulis yang saya miliki dan kemudian menjadi seorang pewarta, ternyata menurun dari ayah kandung saya sendiri.

Hari ini, 4 Maret 2017 adalah tanggal kelahiran ayah saya. Kalau saja ayah masih hidup, saat ini ayah berusia 104 tahun. Namun ayah yang dilahirkan di Wiau Lapi, salah satu desa di Sulawesi Utara, telah meninggal dunia menjelang usianya yang ke-80. Justru setelah ayah wafat, baru saya tahu bahwa ayah pun pernah menjadi bagian dari dunia jurnalistik di Indonesia.

Kartu pers saya yang pertama sebagai seorang pewarta/jurnalis. (Foto: koleksi pribadi)
Kartu pers saya yang pertama sebagai seorang pewarta/jurnalis. (Foto: koleksi pribadi)
Walaupun demikian, saya merasa beruntung ada perpustakaan. Paling tidak dari perpustakaan saya mendapatkan informasi yang berharga tentang keluarga dan diri saya sendiri. Tak berlebihan kalau saya katakan, perpustakaan membantu menemukan “akar” diri saya sebagai pewarta, bakat dan hobi yang ternyata menurun dari ayah kandung saya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun