Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengunjungi Kantor Abraham van Riebeeck

3 Maret 2017   10:53 Diperbarui: 4 Maret 2017   02:00 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Balai Kota Batavia yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta. (Foto: BDHS)

Para penulis sejarah itu akhirnya berkesempatan berkunjung ke kantor Abraham van Riebeeck. Ada yang sudah berkali-kali, ada yang sudah beberapa kali, tetapi tak sedikit juga yang baru pertama kali datang ke kantor Abraham van Riebeeck itu.

Begitulah, siang hari Kamis, 3 Maret 2017, saat matahari menyengat dengan teriknya, 49 penulis sejarah tiba di kantor van Riebeeck. Para penulis sejarah itu adalah peserta Workshop Peningkatan Kapasitas Tenaga Bidang Kesejarahan bagi Penulis Sejarah yang diselenggarakan oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, pada 28 Februari sampai dengan 3 Maret 2017.

Mereka hadir di bekas Balai Kota (Stadhuis) Batavia yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta, di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Kehadiran mereka sebagai bagian dari ekskursi mengunjungi tempat-tempat bersejarah, yang dijadikan bahan untuk penulisan sejarah para peserta.

Para penulis sejarah peserta workshop Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud. (Foto: Direktorat Sejarah)
Para penulis sejarah peserta workshop Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud. (Foto: Direktorat Sejarah)
Sebelum ke Museum Sejarah Jakarta, mereka berjalan kaki mulai dari perempatan Petak Sembilan. Memasuki pasar, dan terus ke Vihara Dharma Bakti. Dari situ mereka melanjutkan perjalanan ke Gereja Santa Maria de Fatima, lalu menyusuri kawasan Toko Tiga, Pintu Kecil, Kali Besar Timur, dan masuk ke Museum Bank Indonesia.

Setelah itu, barulah mereka bersama-sama memasuki Museum Sejarah Jakarta. Bangunan yang pernah menjadi Balai Kota Batavia pada abad ke-17 dan 18 Masehi di Jakarta.

Sejak memasuki pelataran halamannya yang luas, sudah banyak cerita sejarah yang terjadi di halaman itu. Termasuk beberapa kali kisah sejarah hukuman mati yang dilakukan di sana. Dipandu oleh pemandu museum itu, Yosep Sofyan, para penulis sejarah tersebut tampak serius mendengarkan setiap penjelasan.

Papan kayu bertuliskan yang memulai dan meresmikan Balai Kota Batavia. (Foto: Direktorat Sejarah)
Papan kayu bertuliskan yang memulai dan meresmikan Balai Kota Batavia. (Foto: Direktorat Sejarah)
Sampai di salah satu ruang, terpampang papan kayu panjang dengan tulisan dalam bahasa Belanda. Bila diterjemahkan berarti, bangunan Balai Kota (Stadhuis) itu dimulai pembangunannya pada 25 Januari 1707 ketika pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn. Bangunan itu kemudian diresmikan dan digunakan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck sejak 10 Juli 1710.

Itu berarti untuk pembangunan Balai Kota tersebut membutuhkan waktu tak kurang dari 3 tahun. Namun hasilnya memang sepadan, meski pun telah beberapa kali mengalami restorasi, namun bentuk utuh Balai Kota Batavia yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta itu masih terlihat jelas.

Kelahiran Afrika Selatan

Catatan sejarah dan bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa Abraham van Riebeeck itulah yang meresmikan dan sekaligus menjadi Gubernur Jenderal pertama yang menggunakan Balai Kota Batavia tersebut. Abraham van Riebeeck sendiri dilahirkan di Tanjung Harapan, Afrika Selatan pada 18 Oktober 1653 dan merupakan Gubernur Jenderal ke-18 di Hindia-Belanda (Nederlandsch Indies), yang kelak bernama Indonesia. Riebeeck memimpin mulai 30 Oktober 1709 sampai dia meninggal dunia pada 17 November 1713.

Lukisan wajah Abraham van Riebeeck. (Foto: wikimedia.org)
Lukisan wajah Abraham van Riebeeck. (Foto: wikimedia.org)
Abraham van Riebeeck adalah anak dari Johan Anthoniszoon van Riebeeck – akrab dipanggil Jan – pendiri koloni Belanda di Tanjung Harapan dan menjadi pemimpin koloni itu. Ketika Jan pindah ke Batavia pada 1662, dia mengirim Abraham dan saudaranya untuk melanjutkan pendidikan di Belanda. Abraham menempuh pendidikan hukum di Universitas Leiden dari 1673 sampai 1676.

Selesai pendidikannya, Abraham menjadi bagian dari kamar dagang, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), dan kemudian berlayar ke Batavia dengan menumpang kapal De Vrijheyt pada 1677. Pada tahun yang sama, ayahnya – Jan van Riebeeck meninggal dunia di Batavia. Kemungkinan kedatangan Abraham sekaligus untuk mengurus jenazah ayahnya.

Abraham van Riebeeck menikah dengan Elisabeth van Oosten pada 1678.  Mereka mempunyai enam anak, Johanna Maria (1679–1759), Johannes (1691–1735), Elisabeth (1693–1723), dan tiga lagi yang meninggal saat masih kecil.

Sayangnya, dia hanya empat tahun menjadi Gubernur Jenderal di Batavia. Pada 17 November 1713, Abraham van Riebeeck meninggal dunia. Informasi yang diperoleh,  konon karena sakit akibat terlalu lelah dan terkena penyakit disentri sepulang dari perjalanan ke kawah Gunung Tangkuban Perahu di dekat Lembang, Jawa Barat.

Lukisan Balai Kota Batavia karya Johannes Rach. (Foto: wikimedia.org)
Lukisan Balai Kota Batavia karya Johannes Rach. (Foto: wikimedia.org)
Namun walau pun dia sudah lama tiada, peninggalan berupa kantornya, gedung Balai Kota Batavia, sampai saat ini masih terawat dengan baik. Bahkan banyak sejarawan dan peminat wisata Jakarta yang mengatakan, bangunan yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta itu, merupakan “mahkota” dari kawasan Kota Tua Jakarta saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun