Maafkan aku, Ramadhan
kusambut kedatanganmu
dengan karat-karat rindu -yang masih menyumbat pembuluh darahku-
dengan bilur-bilur biru -yang masih menghuni lubuk hatiku-
dengan kotoran dan debu -yang masih ketat menutupi pori-pori kulitku-
dengan bibir merah -yang masih menguarkan aroma ghibah-
dengan cuping telinga -yang masih siaga menangkap gelombang suara-
dengan coretan-coretan hitam -yang memenuhi buku harian-
dengan jutaan angan -yang masih mengangkasa di cakrawala malam-
Sedang aku belum melakukan persiapan
tiba-tiba kaumuncul di ambang, mengunci kesadaranku
merengkuhku: dengan sepenuh keridhaan
pada tubuh berpeluh noda
Bekasi, 2017/05/26