Mohon tunggu...
Berry Meranda
Berry Meranda Mohon Tunggu... Mahasiswa Teknologi Pendidikan -

Mencoba belajar tentang apapun “Mantan” Mahasiswa Kurikulum Teknologi Pendidikan UPI, Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masyarakat Indonesia Semain Hari Kian Individualis. Perlukah Pendidikan untuk Merubah Itu Semua?

21 November 2015   14:16 Diperbarui: 21 November 2015   14:54 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemudian kapan terakhir kali anda berkunjung kerumah tetanga anda ?

Kapan terakhir anda pernah mengantarkan / Berbagi makanan yang anda buat dirumah ke tetangga anda ?

Kapan anda terakhir sekedar berbincng dengan tetangga anda ?

Apa anda tahu jika ada tetangga anda sakit ? Apa anda pernah menjenguk tetanga anda yang sakit tersebut ? 

Dari pertanyaan sederhana tersebut mungkin cuma anda yang bisa menjawabnya. Kemudian dari situ anda dapat menilai apakah kita telah termasuk manusia yang individualis ?

Di perkotaan, individualis merupak sesuatu yang lumrah terjadi, kita hanya akan berinteraksi dengan orang yang menurut kita "Penting" saja. Jika kita tidak ada keperluan dengan orang tersebut buat apa kita berkomunikasi. Bahkan bagi sebagian mahasiswa "dari daerah" saat berada di lingkungan seperti ini bukan tidak mungkin sikap nya kaan berubah. Jika kita melihat dasar norma  dari budaya lokal kita, ini sungguh sangat memprihatinkan. Jangankan harus berbagi, kenal atau sekedar say hai saja belum tentu kita melakukannya.


kemudian menangapai permasalah tersebut, apakah perlu adanya suatu mata pelajaran atau kurikulum yang mengatur dan mengajarkan kepada anak cucu kita sebagai generasi penerus untuk menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya ? Suatu kurikulum yang mengajarkan bahwa indonesia itu adalah negara yang penuh keramah tamahan, negara yang saling berkomunikasi dan saling membantu orang disekitar kita. Kurikulum yang membentuk anak kita untuk tidak menjadi manusia individualis.

Menurut saya secara pribadi, hal itu perlu dilakukan demi mencegah sikap indvidualis kita yang semakin tinggi, karena jika sikap kearifan lokal kita hilang, apalah arti indonesia ini. oleh karena itu, sekolah sebagai tempat utama anak memperoleh pendidikan formal sudah seharusnya menanamkan sikap dan budi pekerti lebih dalam kepada anak didiknya. Sekolah jangan hanya mengajarkan anak bagaimana cara menghitung dan menghapal saja. Karena jogo menghapal dan menghitung tidak akan bisa merubah senyuman di sekitar lingkungannya.

Selain pihak sekolah yang mempuai peran penting dalam membentuk kepribadian anak didiknya untuk tidak individualis, keluarga sebagai tempat bernaungnya anak juga harus lebih aktif mengajarkan norma norma kelokalan. Orang tua sudah seharusnya berperan katif dalam perkembangan anak nya. Orang tua jangan hanya terfokus pada pekerjaan, jangan cuma bisa menghidupi anak. karena bukan itu yang harus diterima anak. 

Mohon maaf jika ada kekurangan, tulisan ini berasal dari keprihatinan saya terhadap sikap individualis kita yang semakin tinggi. penuis mengakui bahwa penulis belum sepehuhnya sempurna. Semoga kedepan kita bisa menjadi lebh baik lagi dari hari ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun