Mohon tunggu...
Berry Budiman
Berry Budiman Mohon Tunggu... lainnya -

Editor sastra, penulis, pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Nazaruddin Ditawari Tiga Permintaan oleh Tuhan

11 Desember 2016   18:48 Diperbarui: 11 Desember 2016   21:43 1994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

“Ya, mau bagaimana lagi, Tuhan. Kalau tidak begitu Kau tidak akan memperhatikanku.”

Sejenak, Tuhan tampak begitu marah dan seperti akan menjatuhkan halilintar ke hidung Nazarudin, tetapi Ia sadar bahwa itu bukanlah perilaku yang pantas dilakukan oleh Tuhan. Maka Tuhan pun hanya bisa mengelus dada demi mendengar jawaban Nazarudin. “Baiklah kalau begitu,” jawab Tuhan sambil memperhatikan wajah Nazarudin yang kusut. Sekilas, ia mulai menyerupai kukang. “Aku akan mengabulkan permintaanmu, tetapi ada syaratnya: kau harus meminta tiga permintaan. Tidak boleh kurang, tidak boleh lebih.”

“Benarkah itu, Tuhan?”

“Benar.”

“Ok, yang pertama: aku mohon padamu Tuhan, cabutlah nyawa istriku.”

“Apa kau serius meminta itu?

“Iya, Tuhan. Itulah permintaanku. Aku yakin hidupku akan jauh lebih bahagia jika istriku tidak ada. Apa senangnya punya istri cerewet dan pemalas seperti itu. Aku tidak tahan lagi padanya.”

“Yakin?”

“Yakin sekali, Tuhan.”

Tentu saja Tuhan tidak seperti calon wakil rakyat yang sering melanggar janjinya sendiri, dan Ia pun mengabulkan permintaan Nazarudin. Istri Nazarudin meninggal pada pagi hari ketika sedang berbelanja sayur bersama ibu-ibu yang lain. Mereka terkejut karena perempuan itu tiba-tiba terjatuh ketika sedang bercakap dengan penjaja sayur. Keterkejutan itu berubah menjadi jeritan histeris dan airmata ketika perempuan itu tidak lagi bergerak dan jantungnya berhenti berdetak. Tanpa perlu dikomando, segenap warga segera membawa perempuan itu pulang ke rumahnya. “Astaga,” respon Nazarudin pelan ketika warga membawa jenazah istrinya. 

Tak lama kemudian, berita tentang meninggalnya istri Nazarudin pun terdengar ke seluruh desa. Mereka menyayangkan nasib buruk perempuan itu yang meninggal mendadak. Selayaknya orang desa yang masih menjaga kesantunan, mereka pun berbondong-bondong melayat ke rumah Nazarudin. Tidak terdengar satu pun komentar buruk dari warga desa tentang istrinya, bahkan mereka tampak begitu sedih dengan bencana tersebut. Mereka menyebut stri Nazarudin sebagai perempuan yang baik budi pekerti, santun dan saleh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun