Mohon tunggu...
Rm. B.A. Rukiyanto SJ
Rm. B.A. Rukiyanto SJ Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Sanata Dharma

Imam Jesuit | Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta | Email: ruky@usd.ac.id | rukysj@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Misteri Allah Tritunggal

7 Juni 2020   14:29 Diperbarui: 7 Juni 2020   14:38 6656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat dan menyadari sejarah keselamatan Allah itu membawa kita pada kesimpulan bahwa Allah dipahami sebagai tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa sebagai Pencipta, Allah Putera sebagai Penyelamat dan Allah Roh Kudus sebagai Penuntun yang menguduskan hidup manusia. Itulah Allah Tritunggal yang kita imani: satu Allah, tiga Pribadi dalam satu-kesatuan. Masing-masing Pribadi berbeda dan unik, sekaligus memiliki keallahan dalam kepenuhannya, sehingga disebut Allah. Ketiganya bersatu dalam ikatan kasih sejak sebelum segala abad, sebelum penciptaan. Yesus sendiri bersabda, "Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku" (Yoh 14:11). Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa (Yoh 14:9).

Misteri Allah Tritunggal mengungkapkan kasih Allah yang tidak terbatas. Ketiga Pribadi itu berada dalam kasih yang begitu mesra, sehingga berada dalam satu-kesatuan yang mendalam, sehati dan sepikir dalam realitasnya. Ketiga Pribadi itu mempunyai visi yang sama, yaitu mengasihi manusia ciptaan-Nya dan mau menyelamatkannya. Itulah kehendak Allah. Itulah karya keselamatan Allah. Maka Yesus pun bersabda, "Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya" (Yohanes 14:10).

Karya keselamatan Allah adalah wujud kasih Allah yang tak terbatas. Kasih Allah Tritunggal yang Mahakudus itu tidak berkesudahan. Meskipun manusia berdosa, Allah tidak pernah meninggalkan manusia dan selalu ingin menyelamatkan manusia. Karena pada dasarnya Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Maka di mana ada kasih, di situ Allah selalu hadir. Sebaliknya, di mana ada kebencian dan dendam, di situ tidak ada Allah, yang ada hanyalah kuasa jahat yang berasal dari setan.

Makna bagi kita

Menyadari bahwa Allah adalah kasih, Allah Tritunggal disatukan di dalam kasih, dan Allah selalu berkehendak untuk menyelamatkan manusia, maka kita bisa belajar dari hakekat Allah itu. Kita diundang untuk masuk dan hidup dalam persekutuan dengan Allah Tritunggal itu. Artinya, kita diajak untuk hidup di dalam kasih, saling mengasihi dan saling menolong dalam hidup kita sehari-hari.

Kasih yang sejati akan menyatukan, sebagaimana kasih yang menyatukan Allah Tritunggal. Maka kasih yang mendalam akan terwujud dalam kesatuan dan persaudaraan. Kasih kepada Allah akan terwujud dalam kasih kepada sesama. Kasih kepada sesama akan terwujud dalam kesatuan antar sesama manusia. Kasih akan membuat kita hidup rukun dan damai. Kasih mendorong kita untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Bila ada salah paham atau perselisihan, kasih akan mendamaikan. Di mana ada kasih, di situ ada pengampunan.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, kita diajak untuk mewujudkan kasih yang sejati itu melalui bentuk nyata perhatian kita kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan dan yang menderita. Kita diajak untuk berbagi dengan mereka. Mungkin kita sendiri juga terdampak akibat pandemi ini. Namun dalam kekurangan dan keterbatasan kita tetap dapat mengulurkan tangan kita kepada mereka yang lebih membutuhkan pertolongan.

Di samping itu, kita masing-masing dapat mewujudkan kasih yang sejati dengan memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu dengan memakai masker kalau keluar rumah, selalu mencuci tangan dengan air mengalir sebelum memegang wajah dan sebelum makan, menjaga jarak satu sama lain untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Prinsipnya adalah kalau saya sehat saya akan terus menjaga kesehatan, kalau saya sakit saya tidak akan menularkannya kepada orang lain. Dengan demikian harapan kita semua semoga pandemi ini bisa segera berakhir dan kita bisa hidup normal kembali. Untuk sementara kenormalan baru (new normal) bisa kita usahakan bersama dengan memperhatikan protokol kesehatan itu.

Kalau Allah Tritunggal selalu berkehendak menyelamatkan manusia, maka saat pandemi ini pun Allah juga sedang bekerja untuk menyelamatkan kita semua melalui diri dan peran kita masing-masing. Maka marilah kita bangun sikap optimis. Kita singkirkan perbedaan-perbedaan di antara kita, supaya kita dapat bekerja sama dan bersatu untuk melawan virus Covid-19 ini, mencegah penyebarannya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertular. Dengan begitu, lama kelamaan virus Covid-19 ini bisa segera berlalu dan kita bisa kembali hidup normal lagi.  

Allah Tritunggal memberkati segala usaha kita. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun