... sebelum kalian membunuh harimau yang buas itu, bunuhlah lebih dahulu harimau dalam hatimu sendiri …
      Ada salah satu kutipan menarik dalam sebuah novel yang berjudul Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis. Secara singkat, novel tersebut menceritakan tentang tujuh orang pencari damar yang tersesat di hutan sembari diburu oleh harimau buas yang berkeliaran di hutan. Mochtar Lubis berhasil mengaduk-adukkan emosi pembaca dan dengan lihai mampu menggambarkan bagaimana ketakutan yang dialami oleh sekelompok tujuh pencari damar tersebut tetapi, bukan itu yang menjadi sorotan utama pembahasan ini. Tidak hanya sekedar menceritakan sisi psikologis yang dialami oleh tujuh pencari damar tersebut tetapi novel ini secara tersirat ingin menunjukkan bagaimana hubungan manusia itu dengan alam yang kian menuju ambang kehancuran. Â
      Manusia− ibarat sebuah mahkota dunia dengan menjabat posisi sebagai mahluk tertinggi. Bukan main rupanya. Dengan posisi tersebut menjadikan manusia sebagai pemimpin seluruh alam semesta ini. Kehadiran manusia di bumi menjadikannya sebagai pusat dari segalanya di antara makhluk-makhluk lainnya. Hal yang menjadikan manusia sebagai makhluk tertinggi karena hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada manusia itu. Dengan akalnya manusia dapat berpikir secara rasional dan dengan budinya manusia dapat berpikir menggunakan perasaan dan batin. Akal dan budi manusia ini diberikan dan saling bekerja sama untuk mengarahkan manusia dapat berpikir dan menggunakan perasaan, kemampuan dalam mempertimbangkan berbagai kemungkinan baik dan buruk maupun kemampuan merasakan makna hidup dan kehidupan untuk mendapat kebahagiaan dan hidup sesuai kodrat sang Penguasa.
      Penciptaan manusia bukan tanpa sebab dan maksud. Kedudukan manusia yang berbeda dengan makhluk lainnya dalam penciptaan memberi perbedaan tersendiri dengan alam. Di dalam ilmu teologi menjelaskan manusia sebagai makhluk tertinggi diberikan suatu mandat oleh sang pencipta. Tidak hanya menjalankan mandat untuk ibadah juga perlu memelihara dan menjaga alam semesta. Tuhan menciptakan manusia agar ia mampu memuliakanNya melalui hidup manusia dan melalui sesama ciptaanNya. Manusia dengan kedudukan dan mandat yang diberikan itu diciptakan untuk dapat menata, memelihara serta menjaga aset keindahan alam yang telah Tuhan ciptakan. Bagaikan khalifah Tuhan atau wakil Tuhan di bumi suatu yang patut disyukuri. Akal dan budi yang diberikan menjadikan manusia melebihi hewan dalam hal kesadaran tentang hidup dan memaknai kehidupan.
      Sayangnya dengan kesadaran yang Tuhan berikan ini manusia seakan lupa diri. Alam semesta yang ditempati manusia ini memberikan pengaruh besar dalam kehidupan. Interaksi manusia dengan alam adalah kunci menjaga keseimbangan dinamika hidup. Kini berubah manusia seakan tidak pernah cukup untuk menjamin kehidupannya. Kurangnya akan rasa puas terhadap apa yang telah dimiliki mulai muncul dalam hati manusia. Ego kian bertumbuh menimbulkan keinginan yang lebih besar. Dengan hak Istimewa yang didapatkan, akal budi manusia berusaha mengendalikan dan mengeksploitasi alam ini. Makhluk hidup lain tidak lagi dipandang sebagai kawan, tetapi lebih dilihat dari segi kepentingan manusia. Alam tidak lagi dilihat sebagai ekosistem tetapi sebagai ekonomi. Salah satu contohnya adalah bagaimana kepintaran manusia mampu menjinakkan hewan-hewan liar atau berbagai eksperimen tentang hewan dengan segala rasa penasarannya dan kepintarannya, manusia dapat melakukan itu.
      Perlahan, rasa penasaran dan kepintaran itu menjadi pisau bermata dua; memberikan dampak postif dan negatif. Rasa penasaran itu menjalar makin menjadi suatu rasa haus akan penguasaan. Seiring waktu, kebutuhan manusia kian bertambah dan alam hanya dipandang sebagai ladang ekonomi semata dan pemenuhan kebutuhan. Berbagai macam kasus kejahatan yang manusia lakukan banyak terjadi dan salah satunya adalah kasus perburuan liar. Ada berbagai macam faktor/alasan yang sekaligus miris mengapa terjadinya perburuan. Dilansir dari Mongabay menjelaskan bahwa sebagian besar aliran perburuan dan perdagangan liar berasal dari negara berkembang yang memasok satwa liar ke negara maju. Sedihnya, Indonesia tercatat sebagai salah satu pengekspor produk satwa liar terbesar dunia bersama Jamaica dan Honduras menurut Ronny Rachman Noor, Guru Besar IPB dari Fakultas Peternakan. Tidak hanya itu, alasan lainnya terjadi karena adanya kepercayaan akan khasiat bagian tubuh hewan maupun lemahnya penegakan hukum dan kesadaran masyarakat.
      Ada sebuah video amatir yang direkam warga dan tersebar di media sosial memperlihatkan beberapa orang yang tertangkap basah sedang menguliti seekor harimau. Di video tersebut, terlihat harimau tersebut telah mati mengenaskan dengan darah dan daging berceceran. Mari kembali sekilas pada novel Harimau! Harimau! Kehadiran sang harimau dalam novel tersebut seakan membawa petaka dan ketakutan teramat besar bagi ketujuh orang pencari damar tersebut.Â
Mereka diam saja mendengarkannya rasa takut mulai timbul dalam hati mereka, seluruh gelap rimba raya di sekeliling terasa penuh dengan ancaman dan raksasa hitam yang ganas yang bersembunyi menunggu saat hendak menerkam.... Perasaan inilah yang menunjukkan ketakutan teramat besar yang diambil dari POV harimau tatkala para pemburu datang menyergap untuk menangkapnya.
      Dilansir dari Kompas, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat memperkirakan jumlah harimau sumatera di taman nasional di empat provinsi Pulau Sumatera ini berkisar 115-130 ekor sementara di sisi lain, dalam survei yang dilakukan pada Maret–Mei 2025 sebanyak 42 individu Harimau Sumatera terdeteksi di tiga bentang alam utama, yakni Bukit Balai Rejang Selatan, Seblat, dan Bukit Balai Rejang. Jika diperkiran jumlah harimau di Indonesia terdapat 600 ekor. Di sudut Indonesia lainnya, pada 21 Januari 2025 seorang petani bernama Zainuddin alias Pon (28) perantau asal Jateng, tewas diterkam harimau. Empat bulan sebelumnya, Karim Yulianto (46), asal Lampung Barat, ditemukan tewas diterkam harimau sumatera pada 21 September 2024. Lalu baru-baru ini 27 Mei 2025, Sudarso (50) seorang petani asal Jawa Tengah, kembali tewas diterkam harimau di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Kabupaten Lampung Barat. Februari 2024, dua warga Lampung Barat tewas karena lagi dan lagi  diterkam harimau. Lalu terdapat korban terluka akibat serangan harimau adalah Samanan (41), warga Pekon Sukamarga. Berdasarkan data di atas dalam jangka waktu Februari 2024-Januari 2025, sudah ada empat warga yang tewas diterkam harimau dan satu warga lain terluka akibat diserang harimau.Â
        Ini menjadi persoalan serius ditambah lagi dengan ancaman penebangan hutan untuk berbagai keperluan manusia lainnya. Aktivitas manusia menyusutkan ekosistem di bumi sehingga terjadinya perebutan ruang hidup antara manusia dan harimau. Ketika satwa harimau semakin mengalami kepunahan di situ alam seakan memberikan sebuah pertimbangan baik atau buruk atas perbuatan yang manusia lakukan. Alam seakan mencoba menghitung kerugian yang timbul dari pola hubungan manusia dengan alam. Sekalipun yang berbuat manusia, maka manusia lainnya yang mendaptkan akibatnya. Alam seakan menunjukkan suatu petunjuk untuk menghentikan ini.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!