Cirebon,- Kuliah Kerja Nyata (KKN) masih menjadi salah satu program wajib bagi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi Indonesia. Dengan semangat pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa diharapkan membawa ilmu dari kampus ke desa-desa atau wilayah terpencil. Namun di balik idealismenya, tidak sedikit suara sumbang yang mempertanyakan efektivitas KKN di era sekarang.
Banyak yang Menjalani Tanpa Hati
Di lapangan, tak jarang mahasiswa justru menjalani KKN sekadar menggugurkan kewajiban akademik. Beberapa mahasiswa bahkan mengaku mengikuti program tanpa semangat pengabdian yang sesungguhnya. "Jujur saja, bagi sebagian teman-teman, KKN itu soal kumpul tanda tangan dan dokumentasi, bukan soal menciptakan dampak," ujar Fadhil, mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah.
Fenomena ini diperparah dengan kurangnya koordinasi antara kampus, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat. Kerap terjadi program yang dibawa mahasiswa tidak nyambung dengan kebutuhan warga. Contohnya, pelatihan digitalisasi usaha di desa yang justru warganya masih kesulitan akses internet.
Dukungan Kampus Minim, Mahasiswa Dilepas Sendiri?
Tidak semua kampus memberikan pembekalan yang memadai. Banyak mahasiswa yang merasa dilepas begitu saja ke lokasi tanpa bimbingan strategi atau pemetaan masalah. Hal ini membuat beberapa kelompok KKN kebingungan menentukan program, bahkan memilih aktivitas seadanya agar sekadar terlihat sibuk.
Padahal, jika dikelola dengan baik, KKN bisa menjadi jembatan antara teori dan praktik sosial. Sayangnya, dengan waktu yang relatif singkat biasanya satu hingga dua bulan sulit untuk benar-benar menghasilkan perubahan yang berkelanjutan di masyarakat.
Evaluasi: Perlukah KKN Didesain Ulang?
Di era serba digital seperti saat ini, metode pengabdian masyarakat semestinya ikut bertransformasi. Banyak yang mengusulkan agar KKN tidak sekadar berbasis fisik di desa, tetapi juga berbasis proyek yang relevan dengan tantangan zaman, seperti pengembangan ekonomi digital, pendidikan online, atau inovasi kesehatan masyarakat.
Jika tidak ada pembaruan metode dan sistem, KKN dikhawatirkan hanya menjadi rutinitas yang kehilangan ruh pengabdiannya. Masyarakat pun hanya akan mengenang mahasiswa KKN sebagai tamu yang datang sebulan, lalu pergi tanpa jejak yang berarti.