Mohon tunggu...
BERLIAN DESWITA MAHARANI
BERLIAN DESWITA MAHARANI Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa SCU FEB Jurusan Akuntansi Semester 5

Selanjutnya

Tutup

Financial

Nabung di Tengah Krisis Jajan, Bisa Gak Sih?

6 Oktober 2025   21:25 Diperbarui: 6 Oktober 2025   21:42 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Setiap awal bulan, banyak mahasiswa berjanji untuk mulai menabung. Namun, niat itu sering kandas begitu notifikasi “Promo Buy 1 Get 1” muncul di ponsel. Uang yang tadinya ingin disimpan justru habis untuk kopi kekinian, skincare baru, atau tiket konser mendadak.

Fenomena ini menjadi cerminan gaya hidup mahasiswa masa kini. Di tengah derasnya arus digitalisasi dan budaya konsumtif, menabung seolah menjadi sesuatu yang sulit dilakukan. Tapi pertanyaannya, benarkah menabung di tengah krisis jajan itu mustahil? Atau sebenarnya, kita hanya perlu sedikit disiplin dan strategi?

Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa Zaman Sekarang

Zaman telah berubah. Jika dulu mahasiswa cukup makan di warung dan sesekali jajan es teh, kini pilihan konsumsi semakin beragam. Kafe estetik, diskon besar di e-commerce, hingga langganan Netflix sudah menjadi bagian dari gaya hidup.

Kemudahan teknologi memang membuat hidup lebih praktis. Cukup tap QRIS semua terasa ringan. Namun, justru karena terlalu mudah, uang pun cepat berpindah tanpa terasa.

Belum lagi efek FOMO (Fear of Missing Out). Banyak mahasiswa takut ketinggalan tren, sehingga ikut-ikutan membeli barang yang belum tentu dibutuhkan. Akibatnya, saldo rekening menipis di pertengahan bulan, sementara tabungan hanya tinggal rencana.

Krisis Jajan di Tengah Krisis Ekonomi

Kenaikan harga kebutuhan pokok, transportasi, dan biaya hidup membuat uang saku mahasiswa makin terasa sempit. Terutama bagi mahasiswa perantauan yang harus mengatur banyak pos pengeluaran seperti membayar kos, listrik, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

Faktor inflasi membuat daya beli menurun. Namun, di sisi lain, gaya hidup modern menuntut kita untuk tetap “terlihat up to date”. Di sinilah konflik antara kebutuhan dan keinginan sering terjadi.

Sebenarnya, menabung bukan soal banyak atau sedikitnya uang, tetapi soal pola pikir dan kebiasaan. Orang dengan penghasilan besar pun bisa tetap boros jika tidak memiliki kesadaran finansial. Sebaliknya, orang dengan uang terbatas tetap bisa menabung bila konsisten dan disiplin.

Strategi Menabung di Tengah Godaan Jajan

Menabung di era digital bukan lagi tentang menahan diri sepenuhnya dari hiburan, melainkan mengatur prioritas dengan cerdas. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan mahasiswa :

  • Gaji Diri Sendiri di Awal Bulan : Segera sisihkan minimal 10–20% uang saku atau gaji part time untuk tabungan begitu menerima pemasukan. Anggap itu sebagai “gaji masa depan”. Jangan menunggu sisa di akhir bulan, karena biasanya tidak akan tersisa.
  • Pisahkan Rekening Tabungan : Gunakan rekening khusus untuk menabung tanpa kartu ATM atau akses mobile banking. Hal ini membantu kamu menahan diri agar tidak mudah menarik uang untuk hal-hal impulsif.
  • Gunakan Metode 50-30-20 : Bagi uang menjadi tiga bagian yaitu
    • 50% untuk kebutuhan pokok (makan, kos, transportasi)

    • 30% untuk hiburan atau keinginan pribadi

    • 20% untuk tabungan atau dana darurat

  • Ikuti Tantangan Menabung : Cobalah tantangan seperti menabung Rp 5.000/hari atau menyimpan uang receh setiap minggu. Terlihat kecil, tetapi hasilnya bisa signifikan jika dilakukan secara rutin.
  • Manfaatkan Aplikasi Keuangan : Gunakan aplikasi pencatat keuangan untuk memantau pengeluaran dan pendapatan. Banyak aplikasi juga menyediakan fitur “auto saving” yang bisa langsung memindahkan sebagian uangmu ke rekening tabungan setiap bulan.

Menabung Itu Soal Mindset

Menabung bukan sekadar menunda kesenangan, tetapi bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri. Bukan jumlahnya yang penting, melainkan kebiasaan dan kesadaran untuk mengelola uang dengan bijak.

Berapa kali kamu menyesal karena kehabisan uang di akhir bulan? Berapa kali kamu berharap punya dana darurat saat ada kebutuhan mendadak? Semua itu bisa dihindari jika kamu mulai menabung sejak sekarang dan sekecil apapun jumlahnya.

Mulailah dari langkah sederhana, misalnya mengurangi nongkrong satu kali seminggu dan menyisihkan uangnya untuk ditabung. Lama-kelamaan, kamu akan terbiasa dan merasa bangga saat melihat saldo bertambah.

Penutup

Jadi, nabung di tengah krisis jajan? Tentu bisa!

Yang dibutuhkan bukan dompet tebal, tetapi niat yang kuat dan strategi cerdas.

Mulailah dari langkah kecil seperti pisahkan uang, catat pengeluaran, dan hindari belanja impulsif. Ingat, masa depan finansialmu tidak ditentukan oleh berapa banyak uang yang kamu miliki saat ini, tetapi oleh seberapa bijak kamu mengelolanya.

Karena pada akhirnya, rasa aman saat memiliki tabungan jauh lebih berharga daripada rasa manis kopi promo yang hanya bertahan lima menit.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun