Nasib layang-layang yang lepas tersebut bisa saja diambil dan diselamatkan orang lain. Tetapi bisa pula tidak lagi digubris karena sudah rusak.
Hubungan percintaan, khususnya pernikahan bukanlah permainan. Pernikahan adalah komitmen untuk setia pada perjanjian untuk selalu bersama dalam suka dan duka seumur hidup.
Memang berjalannya sebuah pernikahan bergantung kepada dua orang atau sepasang kekasih yang telah mengikat janji. Akan tetapi, orang yang telah terikat pada janji tidak bisa seenaknya melepaskan atau mengabaikan komitmen.Â
Untuk mereka yang sulit memegang komitmen, sebaiknya nggak usah menikah saja. Kalau menikah, kasihan anak orang yang dinikahin. Bisa selalu makan hati karena pasangannya tidak bisa setia.
Jadi, udah tau kan kenapa sebaiknya hubungan percintaan atau pernikahan tidak dianalogikan seperti layangan?
Lebih baik, carilah contoh analogi sesuatu yang lebih kokoh, lebih tangguh, lebih kuat, bukan musiman, dan bukan pula sebuah permainan atau ajang adu-aduan. Apa saja yang lebih baik, asal jangan layangan.
Lagipula, andaikata layangan bisa ngomong nih, mungkin dia bakalan ngomong kayak gini,
"Gilee, berat banget tugas gue, disamakan sama pernikahan...."