Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penyuka seni dan olah raga tetapi belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, Selandia Baru.

Penikmat tulisan, foto, dan video

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Situs Film Ilegal dalam Perspektif Penonton Budiman

23 Desember 2019   10:36 Diperbarui: 26 Desember 2019   07:27 1844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu penyedia mobile internet yang populer di Indonesia menunjukkan harga di kisaran Rp 15.000 per 1 GB data internet (Telkomsel, 23 Desember 2019). Kesampingkan dulu langganan internet bulanan. 

Jika film yang ditonton seberat 1 GB maka konsumen mengeluarkan biaya yang lebih mahal dari rata-rata sewa DVD di rental, yaitu sekitar Rp 15.000 plus menyaksikan iklan yang bisa dikonversikan ke rupiah.

Jika berlangganan dengan penyedia film legal di internet, memang biaya per film bisa jauh lebih murah dengan catatan frekuensi menontonnya tinggi. Tetapi kalau hanya menonton sesekali saja, jatuhnya lebih mahal karena biaya langganan umumnya dipatok per bulan.

Inti permasalahan sebenarnya bukan di rupiah. Penonton budiman bersedia membayar, bahkan mahal, untuk film yang diinginkannya tetapi belum tentu mampu dipenuhi oleh penyedia-penyedia berlabel legal itu.

Streaming tidak menggantikan sinema
Film-film baru memiliki karakter yang tidak dimiliki oleh film lawas, yaitu "trend" atau "happening". Unsur kekinian menjadi daya tarik utama film-film baru yang tayang di bioskop. 

Ingat bagaimana "happening"-nya film Avengers, Twilight, dan Dilan? Penonton tidak ingin ketinggalan menyaksikannya di bioskop karena sedang menjadi buah bibir. Mereka rela antre di pintu masuk pada hari premier demi untuk "being up to date".

Menunggu DVD bajakan atau streaming ilegal bisa membuat cerita ke teman-teman keburu basi. Lagipula kualitasnya cenderung tidak memuaskan. 

Kualitas High Defenition (HD) mungkin baru tersedia setelah selang beberapa bulan. Untuk film Indonesia waktu tunggu bisa lebih lama lagi. Itulah mengapa orang cenderung memilih pergi ke sinema daripada menunggu DVD bajakan atau streaming ilegal.

Tidak menutup kemungkinan bahwa ada penonton yang sudi menyaksikan parahnya kualitas video bajakan hasil rekaman kamera dari layar sinema. Tetapi kecil kemungkinan bahwa kelompok penonton seperti itu adalah pasar potensial dari bioskop.

In my opinion, konsumen bioskop yang normal biasanya tidak akan menggantikan kepuasan menonton karena beberapa puluh ribu rupiah (rata-rata harga tiket bioskop di luar Jabodetabek). Tentu saja, selalu ada deviasi dalam segala hal dan deviasi selalu kecil, bukan?

Para pemilik bioskop dan distributor film di Amerika, seperti yang ditulis CNBC mengaku bahwa streaming tidak menjadi kekhawatiran bagi mereka. Pada 2018 box office Amerika memecahkan rekor pertumbuhan penjualan tiket (5%) di tengah maraknya online streaming (CNBC, 8 April 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun