Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nightmare Basement

30 Agustus 2021   14:07 Diperbarui: 30 Agustus 2021   15:20 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan – jalan dengan ayah

Malam berganti subuh dan subuh menjelang pagi. Tetesan embun membasahi dedaunan hijau yang tumbuh liar di tanaman - tanaman sekeliling rumahku. Ayam jantan berkokok membantu penduduk untuk bangun dari lelapnya kegelapan malam. Aku bangkit dari tempat tidurku. Membuka perlahan dua buah daun jendela kamarku. Aku bisa mencium kesegaran aroma pagi yang menenangkan. Serangga berjalan menyusuri kayu jendelaku. Burung – burung menebarkan kemolekan sayapnya. Ratusan semut berjalan di pepohonan menyusuri ranting-ranting kecilnya. Hari ini ayah cuti dan ia berjanji, ia akan bersamaku sepanjang hari. Kejadian aneh dan mengerikan yang terjadi semalam, tetap aku rahasiakan di dalam hati. Bahkan aku tidak akan menceritakannya pada ayah. Aku membuka pintu kamarku. Kemudian menuruni anak tangga dan sampai pada lorong dan menuju ke ruang makan.

Pagi ini, aku yang akan menyiapkan sarapan untuk ayah dan aku. Karena ayah pun pasti masih tidur. Aku mengambil 4 butir telur ayam, tomat dan sayuran dari kulkas bagian bawah dan mengambil daging sapi yang telah dipotong pipih dari freezer. Lalu menuju ke dapur, merendam daging sapi ke dalam sebuah wadah plastik, mencuci tomat dan sayuran lainnya. Dan mengambil panci berukuran kecil, menyalakan keran dan menadah airnya ke dalam panci. Kemudian aku meletakkan telur ke dalamnya dan menaruh panci di atas kompor. Aku menyalakan kompor. Setelah itu aku mengambil kuali memasukan minyak ke dalamnya dan menyalakan kompor. Kemudian mengambil daging sapi pipih yang telah direndam dan memasukannya ke dalam kuali yang telah mendidih untuk menggoreng daging sapi tersebut. Sekitar 20 menit, pasti air untuk merebus telurnya sudah mendidih. Kulihat, air di dalam panci menimbulkan gelombang yang besar, kurasa sudah matang telur-telur ini, pikirku. aku mengangkat panci itu, membuang airnya dan menggantinya dengan air keran supaya telur-telur itu menjadi dingin. Kemudian aku meniriskan daging sapi yang telah di goreng. Setelah itu, 10 menit kemudian aku mengupas ke empat telur tersebut. Memotong-motong telur, daging sapi yang telah matang, tomat dan sayuran pendukung lainnya. Lalu aku menuju ke ruang makan mengambil roti tawar. Menyusun setiap helai daging, telur, tomat dan sayuran di atas roti tawar dan menuangkan sedikit mustard yang baru dibeli ayah dari lemari gantung di dapur. Lalu aku menaruh roti tawar di atasnya. Jadilah sudah, sarapan untuk ayah. Aku pun membuatkan satu juga untuk diriku.

Setelah itu, aku membuatkan minuman panas dari dispenser berupa kopi dan teh panas untuk ayah dan aku. Aku menyiapkan sarapan sederhana itu di atas meja makan. Kemudian aku mencuci perabotan memasak yang kotor, setelah membuatkan sarapan super kilat ini. Kemudian aku menyusuri lorong dan menaiki anak tangga. Saat kaki kananku menginjak anak tangga yang kedua, aku merasakan seperti ada seseorang berpakaian putih sedang menatapku dari arah pintu ruang tamu. Aku berteriak, “ siapa di sana ?” tidak ada suara balasan. Seketika aku mencium wewangian beraromakan bunga kamboja. Aku sungguh heran dan ngeri, pagi-pagi seperti ini berbau bunganya orang mati. Aku takut setengah mati dan segera menaiki anak tangga dan menuju kamarku. Aku mengunci kamarku, aku menarik handukku dari jemuran mini di kamarku. Lalu menyalakan shower. Dinginnya bukan main, air mancur ini seperti air es, pikirku. Walupun dingin, tetapi sangat menyegarkan. Aku menggosok tubuhku. Tiba – tiba aku merasakan ada yang aneh kenapa tiba-tiba tubuhku berlendir. Saat aku menegadah ke atas, ternyata cacing-cacing berukuran kecil keluar dari lubang - lubang showerku bercampur dengan darah kental. “ Hoeekkkk, “ seketika itu juga aku muntah karena melihat cacing- cacing itu dan bau busuk yang ditimbulkannya.

Aku membuka pintu kamar mandiku, berlari keluar sambil membersihkan cacing-cacing yang menjalar di tubuhku. Lantai kamarku seketika menjadi kotor dan berbau busuk akibat cacing dan cairan darah yang kental. Aku berusaha kembali ke kamar mandiku untuk membersihkan tubuhku dengan menggunakan air yang berada di ember. Saat kubuka pintu kamar mandi, tidak ada cacing atau noda sekalipun. Ini benar-benar gila. Lalu aku membersihkan tubuhku. Menyemprotkan sabun cair ke atas telapak tanganku dan membersihkan tubuhku hingga tuntas. Setelah bersih, aku keluar kamar mandi. Dan kejanggalan terjadi kembali, tidak ada bekas cacing atau noda darah di atas kesetku atau di lantai kamarku. Apakah ini adalah ilusiku juga. Aku membuka lemari pakaianku, mengambil  salah satu t-shirt bola dan celana pendek army kesukaanku lalu mengenakannya. Kemudian aku membuka pintu kamar, menuruni anak tangga, menyusuri lorong dan memuju kamar ayah.

Sambil mengetuk pintu kamar ayah, aku berteriak, “ ayah, ayah sudah bangun belum? “  Aku membuka pintu kamar ayah ternyata tidak dikunci. Aku masuk ke dalam kamarnya dan menaiki tempat tidurnya dan menarik tangan ayah. “ Ayah, ayo bangun. Hari ini kita kan akan jalan-jalan.” Ucapku. Ayah membuka matanya perlahan, sambil berkata, “ Rifki, kamu ini ganggu tidur ayah saja. Sana, main dulu jangan ganggu ayah tidur.” Aku berteriak, “ tapi, ayah kan sudah janji, akan mengajakku jalan-jalan. “ Ayah membalasku dengan berkata pelan, “ iya, sayang. Tapi tidak jam segini juga kita jalan-jalannya. Lihat itu masih pukul 07.00 pagi. “  Apa, masih sepagi ini, aku saja tidak menyadarinya, pikirku. Lalu aku merebahkan tubuhku di samping ayah. Dan ayah bilang, “ lebih baik kamu tidur lagi. Nanti kita jalannya jam 09.00 saja. ” Sambil tangannya memelukku dari belakang. Setelah ayah mengatakan itu, Ia malah tidak bisa tidur. Dasar ayah, ada-ada saja deh, pikirku. Lalu Ia mengelitiki perutku. Aku tertawa terbahak-bahak dan memutar-mutar di atas tempat tidurnya. “ Sudah-sudah nanti seprei ayah berantakan kemana-mana.” Ucap ayahku.


“ Ayah, aku sudah membuatkan sarapan untuk ayah dan aku juga sudah mandi. Aku sekarang sudah siap untuk jalan-jalan dengan ayah.” Kataku. “ Anak pintar, sini ayah cium dulu. “ Aku mendekatinya, seketika itu juga ayah mengelitiki perutku dan menciumku menggunakan kumis dan jenggot halusnya. Aku berontak kegelian, Aku berteriak, “ sudah ah Yah, aku kan ga kuat kalau dikelitiki.” Lalu, ayah melepaskan aku dari dekapannya dan bangkit dari tempat tidurnya, kemudian menyambar handuknya dari jemuran kecil di samping pintu kamar mandinya. Ayah menutup pintu kamar mandi dan aku tetap di atas tempat tidur. Tiba-tiba pintu kamar ayah terbuka, sekelebat bayangan seperti baru saja lewat di depan kamarnya. Aku turun dari tempat tidur ayah dan berjalan menuju pintu kamar ayah. Saat aku mendongakan kepala, aku melihat asap hitam berada di sepanjang lorong rumahku. Asap itu membentuk sesosok tubuh manusia dengan ukuran yang sangat besar. Aku bisa melihat sorotan matanya yang menyala oleh kobaran api. Kemudian, sekejap asap itu seperti menghilang menuju dapur dan masuk melalu celah-celah pintu belakang. Sangat mengerikan rumahku ini.

Ayah sudah selesai mandi dan sementara mengeringkan tubuhnya, Ia mengenakan celana jeans dan t-shirt bola kegemarannya. Hari ini aku akan kembaran dengan ayah. Ayah menyemprotkan parfum ke bagian ketiaknya dan aku tidak mau kalah mengangkat kedua tanganku. Ayah tersenyum dan menyemprotkan parfum mahalnya ke tubuhku. Ia lalu menjemur handuknya. Kami berdua menuju ruang makan, ayah duduk di kursi makan membuka tutup gelas kopinya. Ia meminumnya dan kaget dengan roti daging yang aku buat. “ Anak ayah ternyata sudah jago buat roti dagingnya. “ Ucap ayah. Kami berdua menyantapnya dan menghabiskan minuman kami. Teh manis hangat di pagi hari juga, setidaknya bisa memberikan energi untukku di pagi hari. Setelah sarapan, ayah menyiapkan botol minuman kecil untukku dan juga botol besar untuknya. Ayah kemudian menyusuri lorong menuju ruang tamu. Duduk di sofa, mengenakan sepatu ketsnya dan akupun mengeluarkan sepatu ketsku. Ayah beranjak dari sofa, kemudian menyambar kunci mobil yang Ia gantung di tempat kunci. Memang, kalau ke kantor ayah selalu mengendarai motornya, dikarenakan kantornya tidak terlalu jauh dari rumah. Tetapi bila jalan-jalan denganku, ayah selalu menyetir mobilnya. Jalan-jalan ini adalah salah satu cara, supaya aku keluar sejenak dari gangguan mahkluk-mahkluk halus ini. Sehingga aku sangat antusias menghadapinya. Hari ini adalah hari yang sudah kutunggu-tunggu. Aku sudah membayangkan kebahagiaan yang akan aku alami hari ini.

Ayah mengunci pintu dan aku membawa botol minumanku dan juga punya ayah. Ayah naik ke dalam mobil dan mengenakan kacamata reybennya. Ayah mulai menyalakan mesin mobil, lalu kami masing-masing mengenakan seat belt. Lalu, aku merasakan ada angin yang menerpa punggungku. Aku menoleh ke belakang, sepertinya ada dua orang yang sedang duduk di kursi belakang mobilku. Aku berkata, “ ayah, aku melihat sesuatu di belakang. “ Ayah melihatku agak lama dan memperhatikan kaca di depan tepat di atas kepalanya, untuk mengecek kondisi di belakang. “ Tidak ada apa di belakang Rifki, “ ucap ayahku. Aku menoleh kembali ke belakang, memang tidak ada apa-aa di sana. Aku menyalakan volume musik tape, sungguh luar biasa housemusic adalah favoritku dan juga favorit ayah. Kami berjalan-jalan ke pusat kota. Makan siang dengan mencoba menu masakan tradisional sekitar, ke tempat bermain anak di mall untuk bermain bom-bom car dengan ayah dan sejumlah permainan lainnya, makan es krim dan coklat, foto di Photo box, menonton film di bioskop, jalan – jalan ke museum, ke tempat bersejarah dan kembali lagi ke mall untuk makan malam. Ayah bertanya padaku, “ apakah aku senang hari ini? “ Aku memeluk dan menciumnya dan berkata, “ Aku sangat senang dan terima kasih untuk hari yang menyenangkan ini, hari ini adalah hari yang paling menggembirakan dalam hidupku. Walaupun ibu tidak ada bersama kita, tapi aku merasa senang ayah sudah menjadi ayah sekaligus ibuku. “ Ayah membalas, “ ayah senang kalau kamu senang. Ayah juga sayang Rifki. “ Sambil mengelus rambutku.

Kemudian ayah mengendarai mobilnya menuju ke tempat yang lebih tinggi. Jalanan itu sedikit berliku-liku dan agak menakutkan karena tebing berada di samping kanannya. Hampir 45 menit ayah mengendarai mobil, akhirnya kami sampai di sebuah spot yang sangat menakjubkan. Dari atas sini, kami bisa melihat pemandangan kota dari jauh dengan suasana malam. Sungguh indah, kami duduk di mobil bagian depan. Ayah berkata, bahwa tempat ini adalah salah satu tempat favoritnya bila pikirannya sedang kalut. Aku berkata pada ayah, bila ayah ada sesuatu yang ingin diceritakan. Aku siap menjadi teman yang ingin mendengarkannya. Kasihan ayah, karena ibu tidak ada membuat ayah menjadi sangat kesepian. Padahal aku sudah berulang kali mengatakan kepada ayah dan malam ini aku mengatakan lagi, kalau aku tidak masalah bila ayah mau mencari pengganti ibu. Ayah berkata bahwa waktunya akan tiba, untuk ayah memperkenalkannya padaku. Aku senang mendengarkan itu. 

Ayah melihat jam tangannya, Ia berkata bahwa sudah pukul 21.00 jadi kita harus pulang. Aku mengangguk padanya, tanda setuju tetapi sedih juga karena hari yang membahagiakan ini akan berakhir. Kemudian kami turun dari depan mobil dan masuk ke dalam mobil lalu memasang seat belt. Ayah memutar mobilnya dan menuju rumah. Sekelebat aku melihat kembali ada bayangan hitam di belakang mobilku. Aku tidak mau mencari tahu, bayangan hitam itu sepertinya berusaha mendekatiku. “ Ayahhh, ayah lihat tidak di belakang? “ Aku berteriak. Ayah membalas sambil menoleh ke belakang dan memperhatikan kaca di atas kepalanya, “ lihat apa Rifki, tidak ada apa-apa di belakang sana, kamu jangan berhalusinasi lagi ya.” Memang setelah ayah berkata demikian, bayangan hitam itu menghilang dalam sekejap.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun