Mohon tunggu...
Bens Benedicts
Bens Benedicts Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Jendela Hati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Adventures untuk Kata Hati sesama

Selanjutnya

Tutup

Music

Ebiet G Ade, Sebuah Nama

11 Oktober 2019   05:05 Diperbarui: 11 Oktober 2019   05:13 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto|beritainspiratif.com

Sedikit membuka kenangan sahabat Ebiet G Ade.
Ebiet yang pernah saya kenal dulu di Jogjakarta, hingga kini tetaplah kalem dan santun. Saat itu merupakan pertaruhan kehidupannya untuk berani melangkah terjun di blantika musik Indonesia, dimana persaingan warna musik masih hingar bingar.

Tapi dia tetaplah seorang Ebiet G Ade, tanpa lelah setelah ditolak oleh beberapa produksi rekaman akhirnya kemujuran tiba. 

Tahun 1976 Jackson Record menerimanya rekaman untuk album perdananya dan langkah baru sebagai seorang artis penyanyi Indonesia

Perjalanan panjang Ebiet G Ade, pria yang lahir di Wanadadi - Banjarnegara - Jawa Tengah, 21 April 1954 dan bernama asli Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far.

Mengembangkan bakat seninya setelah hijrah ke Jogjakarta bergabung bersama Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas , dan E.H. Kartanegara.

Dalam perjalanan karir serta penghargaan yang gemilang, tetap tersisa lagu-lagunya yang lekat dengan alam dan nafas kehidupan kita.

Kita selalu dan selalu diajak untuk lebih santun mengenal, memiliki kehidupan ini. Dimana harapan kedamaian akan terasa harmonis, dan menyadarkan bahwasanya kita adalah manusia, yang tak punya apa-apa dan suci dihadapan Sang Pencipta.

Ebiet G Ade, syairnya begitu lembut mengetuk sanubari, piawai menarikan kata-katanya, mampu menghipnotis perasaan dan pikiran yang mendengarnya untuk sebuah instropeksi diri.

Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di Yogyakarta dengan Kusbini.

Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasanah musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983.

Eksistensi warna musik tetap dia pertahankan, sebagai musikalisasi bagian dari alam, yang dia rasakan. 

Suatu fenomena di perjalanan musik Indonesia, dimana idealisme tetap dipertahankan tanpa melihat tergoda oleh trend beda.

Layaknya seorang pertapa, akan muncul pada suatu momen yang tepat, hingga mampu meredam sejenak hiruk pikuk dunia. 

Pun dengan Ebiet, secara acak dia mengeluarkan album barunya, simbolisme jati dirinya bahwa dia bukanlah penyanyi industri musik.

Patut memang kita simak lagu-lagunya yang mendayu damai. Syairnya yang sangat puitis, dia matangkan selama di Jogjakarta, meskipun dia sendiri tak bisa mendeklamasikan puisinya sendiri.

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih, sepenggal lagu Untuk Kita Renungkan, yang semoga kita tetap selalu mengenang, menghargai penyanyi musisi kita, yang tanpa kita sadari, melalui karyanya menjadi inspirasi kehidupan kita.

Ebiet G Ade, tak layak dia sebagai seorang artis, tetapi sebagai seorang penyair inspirasi.

Sumber tambahan :
Wikipedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun