Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Dari Kakao hingga Jamu, UMKM Sabang Melesat Bersama BUMN

11 Oktober 2025   06:30 Diperbarui: 10 Oktober 2025   16:49 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cokbang. Foto: kumparan.com

Di ujung barat Indonesia, terdapat sebuah pulau yang namanya kerap disebut dalam lagu dan peta, tetapi jarang disorot dalam konteks ekonomi. Ya, Sabang---kota kecil di Provinsi Aceh yang dikenal karena keindahan lautnya, kini tengah menapaki babak baru dalam dunia kewirausahaan. Bukan lewat gedung tinggi atau industri besar, melainkan dari tangan-tangan kreatif pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membuka peluang besar dari wilayah yang dulu disebut "ujung Indonesia".

UMKM, Tulang Punggung Ekonomi Nasional

UMKM telah lama menjadi motor penggerak utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, lebih dari 99 persen unit usaha di Indonesia berasal dari sektor UMKM. Sumbangsihnya tidak hanya pada penciptaan lapangan kerja, tetapi juga dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional saat krisis.
Namun, persoalannya tidak berhenti pada jumlah. Tantangan terbesar UMKM adalah daya saing dan kemampuan adaptasi terhadap pasar modern yang semakin digital. Di sinilah kehadiran BUMN, melalui program pemberdayaan seperti Rumah BUMN Telkom Indonesia, menjadi katalis perubahan.

Sabang, Rumah Bagi UMKM yang Tangguh dan Inovatif

Di tengah semarak ekonomi digital nasional, Sabang menampilkan kisah unik: bagaimana sebuah kota kepulauan yang jauh dari pusat bisnis justru melahirkan UMKM yang siap menembus pasar internasional. Salah satu contohnya datang dari Cokbang (Cokelat Sabang) dan JamoeAja!, dua usaha lokal yang tumbuh berkat dukungan Telkom melalui Rumah BUMN Sabang.

Kedua UMKM ini membuktikan bahwa inovasi dan semangat adaptif bukanlah milik kota besar semata. Dengan semangat gotong royong dan pendampingan profesional, produk lokal Sabang kini menembus batas geografis dan menegaskan bahwa kualitas bisa lahir dari mana saja---termasuk dari pulau kecil di ujung Nusantara.

Cokbang Sabang: Mengangkat Cita Rasa Kakao Lokal ke Panggung Nasional

Tak banyak yang tahu bahwa Sabang adalah daerah penghasil kakao dengan kualitas unggul. Ditanam di tanah subur bebas polusi dan difermentasi secara tradisional, biji kakao Sabang menghasilkan rasa khas nutty yang kompleks---ciri bahan baku cokelat premium.

Dari potensi itu, lahirlah Cokbang (Cokelat Sabang) yang digagas oleh Melan pada tahun 2023. Awalnya, harga biji kakao lokal hanya dihargai Rp 4.000 per kilogram oleh tengkulak. Melan melihat ketimpangan itu bukan sekadar masalah harga, tetapi juga ketidakadilan dalam rantai nilai pertanian lokal.
Ia memutuskan untuk "memotong jalur" tengkulak dan membeli langsung dari petani. Dari sana, biji kakao diproses secara mandiri menjadi cokelat batangan, bubuk kakao, hingga choco nibs yang kini menjadi produk andalan.

"Motivasi kami sederhana," kata Melan. "Kami ingin meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memperkenalkan kakao khas Sabang yang berbeda dari daerah lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun