Perjalanan karir seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) kerap kali diwarnai dengan berbagai pilihan yang menentukan arah hidup. Tidak sedikit yang memilih bertahan pada jalur yang sudah nyaman, sementara sebagian lain berani mengambil risiko untuk mencoba sesuatu yang baru. Di sinilah letak cerita pahit-manis itu hadir, terutama bagi mereka yang sudah memasuki usia matang.
Saya mengalaminya sendiri. Pada tahun 2022, saat berusia 43 tahun dan menjabat sebagai Pejabat Fungsional Pembina Teknis Perbendaharaan Negara di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta II, saya merasa sudah berada di zona nyaman. Tugas dan tanggung jawab fungsional telah menjadi bagian dari keseharian. Namun, sebuah tawaran datang—tawaran untuk beralih ke jabatan struktural. Secara finansial, jabatan ini memang lebih menjanjikan. Tetapi lebih dari itu, ia membawa tantangan baru yang menguji kesiapan mental, kompetensi, sekaligus keberanian saya.
Awalnya, keraguan menyelimuti. Usia yang tak lagi muda, rasa nyaman dengan posisi fungsional, hingga kekhawatiran bersaing dengan rekan-rekan yang lebih muda, menjadi pertimbangan berat. Namun, dukungan dari keluarga dan teman kantor menyalakan kembali semangat saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk ikut serta dalam proses seleksi.
Perjalanan seleksi itu bukan perkara mudah. Dimulai dari uji administrasi yang menuntut kelengkapan profil, berlanjut ke ujian hard competency di mana saya justru berhasil meraih nilai tertinggi. Tahapan berikutnya adalah tes kepatutan dan kelayakan melalui praktik lapangan—sebuah ujian yang memerlukan ketenangan, strategi, dan integritas. Saya bersyukur bisa melewatinya dengan baik.
Tahap akhir adalah soft competency dan wawancara. Di sinilah bukan hanya kecerdasan teknis yang diuji, melainkan juga karakter, kepemimpinan, dan visi saya sebagai calon pejabat struktural. Setelah melewati proses panjang, saya dinyatakan lulus dengan status Ready Now—artinya siap menduduki jabatan struktural.
Tahun 2023 menjadi babak baru. Pada usia 44 tahun, saya resmi menjabat sebagai pejabat struktural di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Perjalanan dari fungsional ke struktural benar-benar memberikan pelajaran berharga. Saya akhirnya menyadari bahwa usia bukanlah penghalang untuk terus berkembang. Justru, pengalaman panjang di jalur fungsional menjadi modal kuat untuk bersaing dengan pegawai yang lebih muda.
Di balik cerita manis itu, tentu ada pahitnya. Pindah jalur karir berarti menyesuaikan diri dengan ritme kerja baru, tanggung jawab yang lebih besar, hingga tuntutan kepemimpinan yang tak bisa dihindari. Ada masa-masa ketika saya merasa rindu dengan suasana nyaman di posisi fungsional. Namun, setiap kali tantangan itu datang, saya kembali mengingat alasan awal: keberanian untuk melangkah maju.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa perubahan karir di usia matang bukanlah hal yang mustahil. Justru, keberanian untuk melangkah di usia 40-an menunjukkan bahwa kompetensi dan integritas tetap menjadi kunci, bukan sekadar angka usia.
Bagi ASN, pilihan antara fungsional dan struktural sering kali dianggap sebagai persimpangan besar. Fungsional memberi ruang keahlian mendalam, sementara struktural membuka peluang kepemimpinan yang luas. Namun, apapun pilihannya, esensi karir ASN tetaplah sama: mengabdi bagi negara dengan profesionalisme dan integritas.