Pertemuan dengan calon mertua selalu menjadi salah satu momen paling menentukan dalam perjalanan sebuah hubungan. Bagi sebagian orang, pertemuan itu diwarnai senyum hangat, sambutan ramah, dan perbincangan akrab.Â
Namun, tidak jarang yang menemui kenyataan berbeda: calon mertua yang bersikap ketus, dingin, atau bahkan melontarkan komentar tajam.Â
Situasi ini membuat banyak calon menantu merasa canggung, seolah sedang diuji di meja seleksi yang penuh tekanan.
Fenomena calon mertua yang ketus bukanlah sesuatu yang asing. Dalam budaya masyarakat Indonesia, ikatan pernikahan tidak hanya menyatukan dua individu, tetapi juga mempertemukan dua keluarga besar dengan latar belakang, nilai, dan kebiasaan yang beragam.Â
Maka, restu orang tua masih dipandang sebagai salah satu fondasi penting dalam perjalanan menuju pernikahan yang sahih dan penuh makna.
Mengurai Latar Belakang Sikap Ketus
Mengapa ada calon mertua yang tampak dingin atau ketus? Pertanyaan ini sering muncul, terutama dari pihak yang merasa sudah berusaha sebaik mungkin dalam menampilkan diri. Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan situasi ini.
Pertama, faktor psikologis. Tidak sedikit orang tua yang sulit menerima kenyataan bahwa anaknya akan membangun keluarga sendiri. Ada rasa kehilangan, bahkan cemburu, karena anak yang selama ini dekat akan lebih banyak mencurahkan waktu dan perhatian kepada pasangannya.
Kedua, faktor protektif. Dalam banyak keluarga, orang tua memandang dirinya sebagai "penjaga gawang terakhir" yang harus memastikan anaknya mendapatkan pasangan yang tepat.Â
Sikap ketus bisa dimaknai sebagai bentuk ujian: sejauh mana keseriusan, kesabaran, dan kematangan calon menantu dalam menghadapi dinamika keluarga.