Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rahasia Tembus Jurnal Internasional Bereputasi: Orisinal, Baru, Tanpa Plagiarisme

24 Agustus 2025   09:00 Diperbarui: 23 Agustus 2025   13:57 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SCOPUS adalah layanan indeksasi dan penyedia database jurnal terbesar saat ini (Sumber Foto: https://journalsinsights.com/)

Bebas Plagiarisme: Menjaga Integritas Akademik

Tak ada kompromi dalam hal plagiarisme. Di jurnal bereputasi, sedikit saja indikasi duplikasi bisa membuat naskah langsung ditolak tanpa ampun. Saya selalu menggunakan beberapa perangkat pendeteksi plagiarisme, lalu meninjau ulang setiap kalimat. Bukan sekadar mengganti kata, melainkan membangun kalimat dengan pemahaman utuh.

Lebih dari sekadar etika, bebas plagiarisme adalah bentuk penghormatan terhadap peneliti lain. Akademia bukan ajang menyalin, melainkan arena untuk menambah nilai. Integritas inilah yang menjaga kredibilitas penulis di mata reviewer internasional.

Penyajian: Ketelitian yang Menentukan

Indikator keempat yang tak kalah penting adalah penyajian naskah. Sebagus apa pun ide penelitian, jika ditulis berbelit-belit, peluang diterima sangat kecil. Dari sinilah saya belajar dan mengetahui bahwa struktur penulisan harus rapi: mulai dari abstrak, latar belakang, pembahasan, metodologi, hingga kesimpulan. Bahasa yang digunakan harus lugas, logis, dan konsisten.

Di sinilah akan merasakan tantangan terbesar. Reviewer jurnal internasional bukan hanya menilai isi, tetapi juga cara penyampaian. Bahkan tata bahasa yang keliru bisa memberi kesan penulis tidak teliti. Karenanya, sebaiknya selalu meminta rekan sejawat yang sudah berpengalaman publikasi jurnal dan bahkan dosen pembimbing untuk membaca ulang naskah sebelum dikirim, agar alurnya mengalir dan tidak janggal.

Peer Review: Kritik yang Mengasah

Saya meyakini proses peer review adalah tahap yang sangat menentukan. Kritik reviewer sering kali pedas, bahkan terasa menjatuhkan. Namun, justru di situlah kualitas riset ditempa.

Saya pernah menerima komentar sepanjang lima halaman penuh. Butuh waktu dua bulan untuk merevisi, tetapi hasilnya sepadan: naskah akhirnya diterima dengan catatan minor. Dari situ saya belajar, jangan takut kritik. Anggaplah itu proses belajar dari mereka yang sudah lebih dulu berpengalaman.

Pelajaran Penting: Strategi Praktis

Dari perjalanan panjang ini, saya merangkum beberapa strategi praktis:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun