Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etika Menggunakan Transportasi Umum: Cermin Peradaban Kota dan Kedewasaan Warga

15 Agustus 2025   07:30 Diperbarui: 14 Agustus 2025   09:56 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:  Etika di transportasi umum bukan sekadar sopan santun, tetapi cermin kedewasaan warga dan kualitas peradaban kota kita. (sumber foto : quora via https://radarpurworejo.jawapos.com)

Di tengah ritme kehidupan perkotaan yang semakin cepat, transportasi umum menjadi denyut nadi mobilitas warga. Dari TransJakarta yang melaju di jalur busway, MRT yang sunyi menembus perut kota, hingga KRL komuter yang setiap hari mengangkut ratusan ribu penumpang lintas kota, semua hadir untuk menghubungkan ruang-ruang kehidupan. Namun, di balik kemajuan infrastruktur ini, ada hal mendasar yang kerap luput dibahas: etika menggunakan transportasi umum.

Etika bukan sekadar kumpulan aturan tertulis, melainkan kesadaran kolektif untuk saling menghargai, menjaga kenyamanan, dan mengutamakan keselamatan bersama. Di banyak negara maju, etika ini menjadi bagian dari budaya yang ditanamkan sejak kecil. Warga terbiasa antre rapi, menjaga suara, tidak makan atau minum di moda transportasi lokal, serta memberi prioritas kepada lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas. Di Indonesia, proses pembentukan kesadaran ini sedang berlangsung, tetapi masih kerap terhambat oleh kebiasaan lama.

Potret di Lapangan: Antara Disiplin dan Abai

Di halte atau stasiun, kita dapat menyaksikan dua wajah perilaku penumpang. Ada yang disiplin antre, melepas tas punggung demi memberi ruang, dan sigap memberi kursi prioritas. Namun, ada pula yang menerobos barisan, menempatkan barang secara sembarangan, bahkan terlihat ‘beristirahat’ di kursi prioritas meski ada penumpang yang lebih membutuhkan.

Fenomena ini bukan hanya soal perilaku individu, tetapi juga cermin kualitas peradaban kota. Transportasi umum tidak sekadar mengangkut manusia, melainkan juga memindahkan nilai, norma, dan karakter penggunanya. Kota yang maju tidak hanya diukur dari kecepatan MRT atau kebersihan busnya, melainkan dari kedewasaan warganya dalam berbagi ruang publik.

Mengapa Etika Penting?

Pertama, etika menjaga efisiensi. Antrean yang rapi mempercepat proses naik-turun penumpang, memastikan moda berjalan sesuai jadwal, dan mengurangi potensi insiden.

Kedua, etika menciptakan kenyamanan psikologis. Transportasi umum adalah ruang publik yang mempertemukan beragam latar belakang. Kesadaran untuk berbicara pelan, tidak memutar musik keras, atau tidak duduk di lantai kereta adalah bentuk penghormatan terhadap hak orang lain.

Ketiga, etika adalah modal sosial. Di tengah tekanan hidup kota besar, sikap saling menghargai di transportasi umum membangun rasa kebersamaan. Memberikan satu kursi kepada yang membutuhkan mungkin terlihat kecil, tetapi pengaruhnya pada citra kota dan moral publik sangatlah besar.

Tantangan Nyata: Keamanan dan Kenyamanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun