Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

APBN Sehat, Pondasi Indonesia Tangguh, Mandiri, dan Sejahtera

12 Agustus 2025   13:50 Diperbarui: 12 Agustus 2025   22:32 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: APBN 2024 telah bekerja secara optimal sebagai instrumen fiskal yang menjaga stabilitas sekaligus mendorong pembangunan di tengah situasi global yang penuh tekanan (Foto:Kemenkeu Foto/Biro KLI_Leonardus Oscar H.C via www.kemenkeu.go.id)

Ketika berbicara tentang masa depan Indonesia, diskusi sering berputar pada visi besar: kedaulatan pangan, kemajuan industri, pemerataan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan. Namun, di balik semua itu, ada satu instrumen yang kerap luput dari sorotan publik: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

APBN bukan sekadar tabel angka dan kolom neraca, melainkan jantung keuangan negara yang mengatur aliran darah pembangunan. Di tangan yang tepat, APBN dapat menjadi pengungkit kemajuan, melahirkan ekonomi yang tangguh, kemandirian nasional, dan kesejahteraan rakyat. Namun, di tangan yang salah, APBN bisa menjadi beban yang memperlambat langkah bangsa.

Menakar Kesehatan APBN

APBN yang sehat dapat diukur dari tiga indikator utama: pendapatan negara yang cukup dan berkelanjutan, belanja negara yang efektif dan tepat sasaran, serta pembiayaan yang terkendali. Dalam kerangka itu, defisit fiskal harus berada dalam batas wajar, utang dikelola dengan prinsip kehati-hatian, dan penerimaan negara---baik pajak maupun nonpajak---terus diperkuat.

Dalam konteks Indonesia, keseimbangan antara pendapatan dan belanja negara menjadi isu krusial. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, di kisaran 4,7 - 5% per tahun, memberi ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak tanpa membebani masyarakat secara berlebihan. Di sisi lain, belanja negara yang diarahkan pada infrastruktur produktif, pendidikan, dan kesehatan, memastikan APBN bukan hanya menghidupi birokrasi, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi rakyat.

APBN sebagai Instrumen Kedaulatan

Kemandirian bangsa tidak lahir dari slogan, melainkan dari kemampuan negara mengatur dan membiayai kebutuhannya tanpa ketergantungan berlebihan pada pihak luar. APBN yang sehat menjadi benteng pertama dalam mempertahankan kedaulatan ekonomi.

Misalnya, saat pandemi Covid-19 melanda, APBN menjadi tameng yang menjaga daya beli masyarakat, menopang dunia usaha, dan memastikan pelayanan publik tetap berjalan. Tanpa ruang fiskal yang memadai, pemerintah akan sulit melakukan intervensi cepat dalam situasi krisis. Di sinilah pentingnya disiplin fiskal: menjaga agar ruang fiskal selalu tersedia untuk mengantisipasi guncangan.

Menuju Indonesia Tangguh dan Sejahtera

Indonesia yang tangguh adalah Indonesia yang mampu bertahan dan bangkit dari setiap krisis. Kemandirian adalah kemampuan mengelola sumber daya sendiri, mengurangi ketergantungan pada impor strategis, dan memperkuat industri domestik. Sementara kesejahteraan adalah tujuan akhir: distribusi kemakmuran yang adil dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun