Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Satire di Tempat Kerja: Ketika Gaji Tak Sejalan dengan Dedikasi

12 Agustus 2025   08:35 Diperbarui: 11 Agustus 2025   16:42 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satire kerja ini menyoroti ketimpangan gaji dan dedikasi, mengajak kita membangun budaya kerja sehat dan saling menghargai. (Foto: freepik.com)

"Kerja sewajarnya saja, sesuaikan dengan gajimu. Jangan sampai bosmu jalan-jalan, kamu rawat jalan."

Kalimat ini sekilas terdengar seperti kelakar, namun sebenarnya memotret fenomena serius di dunia kerja. Satire tersebut berakar dari kegelisahan banyak pekerja yang merasa kontribusinya tidak sebanding dengan penghargaan yang diterima, baik dalam bentuk gaji, tunjangan, maupun apresiasi non-materi.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di sektor swasta, tetapi juga sudah mulai merambah di instansi pemerintah, BUMN, hingga organisasi nirlaba. Pesan yang terkandung di dalamnya adalah peringatan agar pekerja menjaga kewarasan, batas kemampuan, dan keseimbangan hidup---serta sindiran halus pada manajemen yang lalai menghargai kerja keras timnya.

Ketimpangan Ekspektasi dan Imbalan

Dalam banyak organisasi, manajemen sering menuntut produktivitas tinggi tanpa memperhatikan apakah sumber daya---terutama manusia---memiliki dukungan yang layak. Gaji yang stagnan di tengah inflasi, beban kerja berlebihan, dan jam lembur yang tidak dibayar, adalah keluhan umum yang kini mendapat panggung di media sosial.

Pekerja, di sisi lain, mulai memahami bahwa loyalitas buta tidak selalu berbanding lurus dengan keberlangsungan karier atau kesejahteraan. Ungkapan satire tersebut menjadi simbol perlawanan pasif: bukan dengan mogok kerja, tetapi dengan mengatur energi sesuai nilai yang dibayar.

Dimensi Psikologis: Burnout dan Kejenuhan

Riset di berbagai negara menunjukkan bahwa burnout tidak hanya dipicu oleh beban kerja berat, tetapi juga oleh ketidakadilan persepsi---saat karyawan merasa kontribusi dan pengorbanannya tidak diakui. Dalam situasi seperti ini, semangat kerja akan merosot, dan pekerja cenderung mengambil sikap "kerja sesuai gaji" sebagai bentuk mekanisme bertahan.

Fenomena ini juga menjalar ke generasi muda pekerja, yang lebih sadar akan konsep work-life balance. Mereka tidak ragu menolak lembur tanpa kompensasi, atau mengambil cuti demi kesehatan mental, walaupun stigma "kurang loyal" masih membayangi.

Perspektif Manajemen: Antara Tantangan dan Tanggung Jawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun