Hari itu akan segera tiba. Tanggal 14 Juli 2025 menjadi penanda lembaran baru dalam kehidupan anak perempuan saya, Adreena. Sebuah awal yang sederhana tapi penuh makna: hari pertamanya masuk sekolah di TK PAUD Kartika Toddopuli, Kota Watampone.Â
Mungkin bagi sebagian orang ini sekadar rutinitas tahunan para orang tua. Tapi bagi saya, ini adalah momen bersejarah---momen yang menegaskan bahwa waktu tak pernah berhenti bergerak, dan anak kecil yang dulu saya dekap dalam diam kini mulai melangkah sendiri di jalan pendidikan.
Persiapan menjelang hari H bukan sekadar soal membeli seragam baru atau memastikan kotak makan lucu bertema kartun favoritnya siap dipakai.Â
Lebih dari itu, ini tentang kesiapan emosional kami sebagai orang tua. Tentang bagaimana kami belajar melepaskan sedikit demi sedikit, sembari tetap menggenggam erat nilai, kasih, dan arahan.
Merancang Hari Pertama: Antara Rasa Haru dan Tak Rela
Dari jauh hari, saya dan istri sudah memulai pendekatan perlahan. Kami mengajak Adreena bicara tentang sekolah, tentang guru, teman baru, dan berbagai aktivitas menyenangkan yang akan ia temui.Â
Kami mengemas cerita sekolah bukan sebagai sesuatu yang menakutkan, tapi sebagai petualangan baru yang seru. Misi kami satu: menanamkan rasa antusias, bukan rasa cemas.
Namun di balik senyum dan cerita-cerita pengantar tidur tentang "kelas balon warna-warni", kami juga diam-diam menyimpan perasaan haru dan---jujur saja---tak rela.Â
Ada sepotong rasa kehilangan yang sulit dijelaskan. Mungkin karena sebagai orang tua, kita terbiasa menjadi dunia satu-satunya bagi anak. Dan kini, dunia itu akan bertambah luas, dan tak semuanya bisa kita kendalikan.
TK Sebagai Pilar Awal Masa Depan