Pagi itu, langit masih berkabut saat bel sekolah berbunyi. Murid-murid masuk ke kelas dengan langkah beragam: ada yang semangat, ada yang lesu, ada pula yang tampak membawa beban yang tak terlihat. Mereka duduk, membuka buku, menyiapkan alat tulis. Tapi suasana tetap dingin. Ada sesuatu yang hilang dari pembelajaran modern: kehadiran manusia yang utuh.
Tak semua murid datang ke sekolah dengan hati yang ringan. Ada yang baru dimarahi orang tua. Ada yang habis bertengkar dengan teman. Ada yang resah karena rumahnya semalam dipenuhi keributan. Semua itu dibawa diam-diam ke ruang kelas---dan sayangnya, seringkali tak terlihat. Mereka duduk tenang, tapi jiwanya tak benar-benar hadir.
Di sinilah sekolah, khususnya ruang kelas, seharusnya menjadi tempat yang bukan hanya mendidik otak, tetapi juga menyentuh hati. Pendidikan yang baik tak hanya menyiapkan murid untuk ujian akhir, tetapi juga untuk ujian hidup. Maka, hadirnya pendekatan CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) menjadi sangat relevan, bahkan mendesak.
Mengapa Pendidikan Perlu Sentuhan Sosial dan Emosional
Selama ini, pendidikan lebih banyak menekankan pada aspek kognitif: nilai, ujian, target kelulusan, dan standar capaian. Namun seiring waktu, muncul kesadaran baru bahwa kecerdasan intelektual tanpa kecerdasan emosional hanya melahirkan generasi yang cepat cerdas, namun mudah rapuh.
CASEL hadir dengan lima kompetensi inti yang menjawab kebutuhan mendasar manusia, khususnya anak-anak dan remaja:
Kesadaran diri -- mengenali emosi, memahami kekuatan dan keterbatasan diri.
-
Pengelolaan diri -- mengatur emosi, mengelola stres, mengembangkan ketekunan.
-
Kesadaran sosial -- memahami dan menghargai perspektif orang lain.
Keterampilan berelasi -- membina hubungan sehat, menyelesaikan konflik secara damai.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!