Beban Ganda Orang Tua, Terutama Ibu
Perempuan, terutama ibu, menanggung beban yang lebih kompleks. Di satu sisi, mereka dituntut untuk tetap berperan dalam ranah domestik: mengurus rumah, mendidik anak, menjaga keseimbangan emosi keluarga. Di sisi lain, kondisi ekonomi mendorong mereka untuk mencari tambahan penghasilan.
Banyak ibu di era ini menjelma menjadi sosok serba bisa: pagi berdagang daring, siang mengantar anak sekolah, malam menata katalog dan membalas pesan pelanggan. Keletihan mereka tidak tampak di grafik pertumbuhan ekonomi, tetapi nyata terasa di meja makan yang sunyi atau di pelukan anak yang hanya sempat disentuh sebentar sebelum tidur.
Kita menyebutnya kemajuan, tetapi di balik itu ada luka-luka kecil yang dibiarkan tumbuh dalam diam.
Negara Tidak Boleh Abai
Tentu, pengasuhan adalah tanggung jawab pribadi. Namun dalam negara yang menjunjung tinggi pembangunan manusia, tidak ada ruang untuk menutup mata terhadap disrupsi sosial yang dihasilkan sistem kerja baru ini.
Negara perlu hadir. Bukan hanya lewat regulasi perlindungan pekerja informal, tetapi juga dengan membangun ekosistem pengasuhan yang ramah bagi keluarga. Subsidi pengasuhan anak, taman penitipan anak yang terjangkau, pelatihan parenting digital, hingga perlindungan jaminan sosial bagi pekerja harian---semuanya harus menjadi agenda utama.
Jika tidak, kita sedang menyiapkan generasi masa depan yang besar tanpa bimbingan emosional yang memadai.
Masyarakat sebagai Penopang
Peran pengasuhan tidak bisa dibebankan hanya kepada individu. Masyarakat perlu kembali menghidupkan nilai kolektivitas. Di masa lalu, anak-anak dibesarkan oleh "kampung"---sebuah jejaring sosial di mana tetangga, keluarga besar, hingga guru sekolah turut berperan sebagai penjaga nilai.