Ketidakhadiran AC Milan dan Manchester United di panggung Eropa tidak boleh dipandang sekadar sebagai hasil buruk satu musim. Ini adalah lonceng peringatan. Dunia sepak bola modern tak lagi memberi tempat bagi romantisme sejarah. Klub-klub besar tak kebal dari keterpurukan jika tak adaptif terhadap perubahan zaman, baik dari sisi taktik, manajemen, maupun teknologi.
Dengan hilangnya eksposur dari UEFA Champions League atau Liga Europa, kedua klub berisiko kehilangan daya tarik di mata pemain bintang, sponsor global, dan tentu saja generasi penggemar muda yang tumbuh dalam era digital. Dalam sepak bola modern, absen satu musim dari Eropa bisa berarti kehilangan momentum bertahun-tahun ke depan.
Menyusun Kembali Fondasi
Bagi AC Milan dan Manchester United, satu-satunya jalan keluar adalah menyusun kembali fondasi klub, bukan sekadar menambal kerusakan permukaan. Milan harus memperbaiki stabilitas lini pertahanan, memperjelas arah strategi Conceicao (jika tetap dipertahankan), serta memperkuat akademi agar lebih mandiri dari belanja mahal atau AC Milan menunjuk pelatih baru untuk membangun skuad yang lebih kompetitif dan kebutuhan jangka panjang. Menurut laporan dari La Gazzetta dello Sport, Roberto De Zerbi, kini menjadi kandidat utama untuk jadi pelatih baru AC Milan.
Manchester United, di sisi lain, harus mulai membangun kembali kepercayaan fans dengan komunikasi yang jujur dan terbuka. Tidak cukup hanya dengan membeli nama besar; klub harus punya proyek jangka panjang yang konkret, seperti yang dilakukan Arsenal bersama Mikel Arteta atau Liverpool di era awal Jurgen Klopp.
Momentum atau Malapetaka?
Sejarah telah menunjukkan bahwa klub-klub besar bisa bangkit dari keterpurukan—lihat saja Chelsea yang pernah absen dari Eropa namun akhirnya juara Liga Champions. Namun tak sedikit pula yang justru terbenam lebih dalam, seperti Leeds United atau Deportivo La Coruña yang menghilang dari panggung utama sepak bola Eropa setelah terpuruk beberapa musim.
Pertanyaannya kini: apakah musim 2024/2025 akan menjadi titik balik kebangkitan Milan dan Manchester United, atau justru awal dari era kelam baru dalam sejarah mereka? Semua tergantung pada keputusan hari ini—di ruang rapat, di ruang ganti, dan tentu saja di lapangan.
Karena dalam sepak bola, seperti halnya dalam hidup, bukan hanya soal seberapa keras kita jatuh. Tapi seberapa kuat kita bisa bangkit kembali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI