Mendorong Inklusi Keuangan dan Literasi Digital
Penerapan QRIS dalam belanja negara bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga soal keadilan digital. Ketika pelaku usaha lokal, warung desa, atau narasumber non-ASN mulai menerima pembayaran negara melalui QRIS, mereka otomatis terdorong masuk ke dalam ekosistem keuangan digital. Ini adalah bentuk inklusi keuangan yang konkret.
Inklusi ini penting, sebab masih banyak warga desa atau pelaku usaha kecil yang belum memiliki rekening bank namun sudah akrab dengan dompet digital. Melalui QRIS, mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat belanja negara, tetapi juga pelaku aktif dalam ekonomi digital nasional.
Kita menyaksikan sendiri di wilayah Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, misalnya, pelaku UMKM yang menjadi penyedia konsumsi kegiatan pelatihan sudah mulai menerima pembayaran via QRIS. Mereka tidak perlu lagi menunggu pencairan dana berhari-hari atau terjebak birokrasi perbankan. Dana langsung masuk ke akun digital mereka, yang bisa langsung digunakan untuk belanja kebutuhan operasional harian.
Wilayah 3T: Ketika QRIS Menjadi Penyelamat
Wilayah 3T yang selama ini dikenal minim infrastruktur justru menunjukkan potensi besar dalam implementasi QRIS. Misalnya, Di Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, Ketika sebuah kantor kementerian melaksanakan kegiatan edukasi publik dan membayar narasumber lokal dengan QRIS. Koneksi internet yang terbatas tidak menjadi penghalang karena QRIS mendukung sistem transaksi yang bisa diselesaikan saat jaringan tersedia.
Para narasumber tidak lagi harus memiliki rekening bank yang jauh jaraknya dari tempat tinggal mereka. Cukup dengan dompet digital berbasis ponsel, mereka sudah bisa menerima pembayaran dari negara. Bahkan beberapa penerima bantuan sosial kini lebih memilih metode QRIS karena praktis dan cepat digunakan.
Hal ini juga membantu pemerintah dalam mencatat, memonitor, dan mengevaluasi belanja negara secara lebih akurat. Setiap transaksi tercatat secara digital, lengkap dengan waktu, nilai, dan penerima. Tak hanya mempermudah audit, tapi juga memperkuat akuntabilitas publik.
Menutup Celah, Menyalakan Cahaya Transparansi
Tak bisa dipungkiri, pengeluaran langsung dari kas negara kerap kali menjadi titik rawan penyimpangan. Uang tunai yang dibawa, proses pencatatan manual, dan minimnya jejak digital menjadi pintu masuk bagi praktik tidak bertanggung jawab.
QRIS menjawab tantangan ini. Ia tidak hanya mempercepat dan mempermudah, tapi juga menciptakan jejak digital yang otentik. Setiap transaksi dapat ditelusuri, diverifikasi, dan dipertanggungjawabkan. Inilah bentuk nyata digitalisasi yang bukan hanya canggih, tapi juga beretika.