Pengakuan dan progesifitas
Jika kita kembali ke konteks masa lalu, yakni dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia yang masih bayi berusia 3 bulan, tentu saja aktifitas politik yang dilakukan KH Hasyim Asyari patut diakui sebagai basis bantuan pertahanan kedaulatan, dan menempatkan beliau sebagai pahlawan nasional. Di ruang akademis terpisah dari sayap organisasi Nadhatul Ulama, tak sedikit pemuda Indonesia masa kini merasa bahwa resolusi jihad NU sudah kedaluwarsa jika digunakan di masa kini.
Frasa "orang kafir" dan "kemerdekaan kita" di poin pertama resolusi jihad NU misalnya bisa saja memunculkan Kartosuwiryo baru---penggagas Negara Islam Indonesia---yang akhirnya mesti berhadapan dengan pemerintahan sendiri, yang merupakan bentuk lain pemberontakan terbuka terhadap cita-cita proklamasi Republik Indonesia; Onrechtmatige Daad terhadap dasar negara. Generasi saat ini mungkin lebih akrab dengan nama Abu Bakar Baasyir, yang merupakan mantan terdakwa teroris.
Meskipun artikel ini memang terlalu singkat untuk satu-persatu membahas jalannya sejarah dan konflik yang meliputinya, penulis memberi tambahan tautan pranala yang sekiranya dapat membantu pemahaman latar belakang sejarah yang disebutkan di atas, sehingga muncul kembali narasi dinamis terhadap sejarah Gerakan Kemerdekaan Republik Indonesia. "Beri aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia!"
Salam olahraga!
*) Silahkan baca juga artikel saya sebelumnya:Â
1. Mengapa Seniman Terkesan Sinis Terhadap Islamisme
2. Saatnya Jozeph Paul Zhang Berpikir