Salah satu fokus utama AMRO tahun ini adalah transformasi digital di sektor keuangan.
Menurut Runchana Pongsaparn, Group Head for Financial Surveillance AMRO, digitalisasi perbankan menawarkan peluang besar untuk meningkatkan inklusi keuangan dan efisiensi sistem pembayaran, namun juga mengubah karakter risiko stabilitas keuangan.
Risiko baru yang muncul antara lain: Konsentrasi data dan ketergantungan pada penyedia infrastruktur digital global; Ancaman cyber risk dan kebocoran data pribadi; Potensi shadow banking melalui platform fintech; dan Ketimpangan akses digital antar negara ASEAN+3.
AMRO menekankan perlunya strategi multi-pronged, yaitu kombinasi antara promosi inovasi dan regulasi berbasis risiko. Pendekatan ini harus disesuaikan dengan tingkat kematangan sistem keuangan masing-masing negara---misalnya, Singapura dan Korea lebih maju, sementara Kamboja dan Laos masih pada tahap awal digitalisasi.
Digitalisasi juga menjadi kunci dalam memperkuat konektivitas ekonomi regional, terutama melalui inisiatif ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang sedang digodok. Integrasi digital lintas batas ini dapat menjadi katalis pertumbuhan baru, sekaligus memperkuat financial inclusion bagi UMKM.
6. Kebijakan Publik: Menjaga Keseimbangan antara Pertumbuhan dan Ketahanan
AMRO menilai bahwa strategi kebijakan ideal untuk ASEAN+3 mencakup tiga pilar utama: Koordinasi Kebijakan Makro yang Seimbang Kebijakan fiskal dan moneter harus tetap akomodatif, namun disertai fleksibilitas untuk merespons guncangan eksternal. Pengetatan yang prematur dapat melemahkan pemulihan, sementara pelonggaran berlebihan dapat memicu ketidakseimbangan struktural.
Penguatan Kerangka Kebijakan Makroprudensial dan Cadangan Regional
Inisiatif seperti Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) dan ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) perlu terus diperkuat untuk memastikan likuiditas regional memadai dalam menghadapi krisis. Reformasi Struktural dan Transparansi. Peningkatan transparansi fiskal, penguatan tata kelola BUMN, dan digitalisasi administrasi publik akan meningkatkan kredibilitas kebijakan dan kepercayaan pasar.
7. Prospek Ekonomi 2025--2026: Optimisme dengan Kewaspadaan
AMRO memperkirakan bahwa meskipun ada perlambatan pada paruh kedua 2025 akibat efek tarif AS, momentum ekonomi regional tetap positif. Pendorong utama pertumbuhan tetap berasal dari: Konsumsi rumah tangga yang kuat di Indonesia, Filipina, dan Vietnam; Pemulihan pariwisata di Thailand dan Jepang; Ekspansi sektor semikonduktor dan AI di Korea dan Singapura;
Infrastruktur dan urban renewal di China.
Secara keseluruhan, outlook ASEAN+3 menunjukkan kombinasi antara optimisme berhati-hati dan kebutuhan untuk memperkuat ketahanan jangka panjang.
Jika integrasi keuangan dan kerja sama regional diperkuat, kawasan berpotensi keluar dari periode ketidakpastian ini sebagai blok ekonomi yang lebih mandiri, inovatif, dan resilien.