Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bintang Jatuh

22 Oktober 2021   17:15 Diperbarui: 22 Oktober 2021   19:59 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kibrispdr.org

Aku ingin punya banyak teman, manusiawi, tapi aku mulai malas bila merasa ada yang enggan denganku, aku lebih suka menarik diri, agar semua aman dan baik-baik saja.

Terserah dan masa bodo dengan penilaian orang atau seorang psikolog pun tentang sikap dan sifatku. Toh di alam kubur tidak ditanyakan jumlah temanku. Mangkanya aku lebih sering terlihat sendirian daripada bergerombol dengan teman kerja. Yang penting bagaimana aku bisa menciptakan pelangi di hatiku dan aroma  nyaman dalam menjalani waktu bersama ibu.

Aroma masakan lezat ibu sudah tercium sampai teras rumah, ibu sudah datang lebih awal, biasanya kami hampir bersamaan atau aku yang lebih dulu sampai rumah. Motor kukandangkan dan ingin segera melihat apa yang dimasak ibu.

"Aku pulang, wah ibu masak apa nih, aromanya membuat cacing di perutku jingkrak-jingkrak."

"Cuma masakan instan Korea, sesekali ibu pingin tahu rasanya."

"Owh. Sambil lihat drakor lawas yang daebak ya, hehehe."

Saat menikmati sore dengan ibu, terdengar ada suara memanggil namaku. Kuintip dari balik kelambu jendela ruang tamu, seorang wanita. Segera aku buka dan mempersilakan duduk. Kami berbicara sedikit lama dan sangat serius, hampir amarahku meledak bila tidak ingat nasihat kakek.

"Mbak bisa mengatakan itu pada saya, apa ada buktinya?"

"Saya tidak perlu menunjukkan bukti, saya ke sini untuk mengingatkan Anda, agar tidak kepo dengan rumah tangga orang."

Rasanya bunga janda bolong yang menghiasi teras rumah ingin kukunyah saja, secara sepihak aku disalahkan atas tuduhan yang tidak kulakukan.

"Bisa kan, mbak?" perempuan itu makin nyebelin aku heran siapa yang menjadi profokatornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun