Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harusnya Hari ini Kita Kemah

14 Agustus 2021   22:57 Diperbarui: 14 Agustus 2021   23:06 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
punterest.com/julie hanks

Tas ransel penuh bekal

Tenda, tongkat, tali, dan pasak sudah siap

Seragam coklat tua dan muda terlihat gagah

Hasduk merah putih terkalung rapi

Di bumi perkemahan lereng bukit nanti akan kuteriakkan dengan lantang Dasa Dharma Pramuka juga Trisatya


Bersama mendirikan tenda, hujan petir dan cuaca dingin pantang menyerah

Bumi  langit akan selalu melindungi

Ternyata aku bermimpi, hari ini masih pandemi

Tak ada persami

Aku sedih. 

Felix membaca puisi dengan lantang,  sampai ibunya yang memasak di dapur kaget takterkira. 

"Felix,  kenapa, Nak?"

"Berpuisi, Bu."

"Tapi gak perlu teriak begitu."

"Ini adalah suara hati yang terdalam."

Melihat situasi kurang bagus pada diri Felix segera Ibu mengajak memasak agar hatinya tidak galau karena tahun ini masih batal berkemah, ketika pandemi menyerang. 

Ibu berusaha membujuk dan mencari akal agar anak lelaki semata wayangnya tetap gembira di hari Pramuka tanpa kemah di sekolah. 

"Felix,  bagaimana kalau kamu berkemah di halaman dengan temanmu."

"Nanti kalau rumputnya rusak,  ayah marah,  kan gak asik."

"Nanti ibu minta izin sama Ayah,  jangan kuatir."

Felix pun tersenyum sumringah, setelah membantu ibunya memasak dia segera pamit mengajak teman-temannya untuk berkemah di halaman rumahnya. 

Seluruh blok dia susuri taknampak ujung rambut semua temannya. 

"Ah pada kemana sih mereka."

Dengan sepeda gunungnya dia terus mengitari seluruh perumahan sampai di taman kecil bertemu dengan Siti yang asik bermain dakon dengan Dini. 

"Siti,  lihat anak-anak geng ku tidak?"

Siti cuek karena masih jengkel sama Felix yang tempo hari usil menyembunyikan sendalnya. 

"Hmm, Siti masih marah rupanya. Din! Tahu gerombolanku kah?"

Ternyata Dini sehati dengan Siti,  dia hanya mengangkat bahu tanda tak tahu. 

Felix hanya garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.  "Ayo lah di mana mereka? Ntar kalian aku ajak juga,  seru loh."

Siti dan Dini saling berpandangan lalu saling mengedipkan sebelah mata. Tangan mereka menunjuk sebuah tempat. Felix sudah tahu, segera dia kayuh sepeda ke arah itu. Taklupa mengucapkan terima kasih pada Siti dan Dini.   

Sampailah Felix di tampat yang ditunjuk dua anak perempuan tadi. 

"Woy!  Kalian di sini rupanya,  gak ajak-ajak sih."

"Aku tadi sudah ke rumahmu, tapi ibumu bilang kamu lagi sibuk tidak bisa diganggu." Rudy menjawab sambil kecipak kecipuk di air

"Aku mau ajak kalian,  mau ya?  Seru loh."

"Diajak apa ya? Makan es krim?" Budi menanggapi

"Kalian naik dulu, aku kasih tahu."

Budi dan Rudy saling berpandangan,  mereka khawatir kena prank Felix. 

Dengan semangat membara Felix berhasil merayu kedua temannya untuk segera berhenti mandi di sungai. 

****

"Wah kenapa tidak dari tahun kemarin ya kita buat acara kemah sendiri seperti ini." Rudy berkomentar sambil memasang tenda bersama Felix dan Budi

"Ssttt takut." Budi menimpali

"Takut apa? Rumah kita dekat,  gak bakal ilang kok."

"Bukan takut ilang,  tapi takut gak mau pulang." Felix menimpali sambil tertawa ngakak. 

Tenda sudah siap mereka dirikan,  lalu menata tempat untuk memasak. Beberapa menit kemudian Siti dan Dini datang bergabung dengan mereka mendirikan tenda bersebelahan.

Felix membacakan aturan kemah dan jadwal kegiatan. Ibu felix membawakan es krim dan cemilan ketika matahari mulai terik.

"Kalau kemah di halaman rumah terjamin ya." Budi berseloroh sambil menikmati segarnya es krim buatan ibu Felix.

"Ini hanya untuk pembuka saja,  penyemangat. Selanjutnya latihan mandiri,  kan sudah bawa alat-alat dapur." setelah menghabiskan sajian penyemangat mereka mulai melakukan kegiatan lagi. Seolah berkemah sungguhan uang jauh dari rumah. 

Malam hari Dini mengajak teman-temannya bermain tebak morse dengan lampu senter, dan permainan kartu simulasi. Berkemah makin seru ketika Rudy mulai bermain ramalan angka. Teman-temannya dibuat senang dengan permainan Rudy hingga pukul 9 malam.

"Sudah malamKita istirahat yuk!" Siti mjlai mengantuk dan berkali-kali menguap.  Akhirnya mereka bubar masuk ke tenda masing-masing untuk tidur. 

***

Serasa baru memejamkan mata, tapi Felix merasa ada yang mengguncang tubuhnya. Matanya masih lengket dan berat.

"Felix."

"Besok saja Bud,  ayo istirahat."

'Felix." sebuah tepukan di bahunya sedikit keras memaksa dia membuka mata. 

Betapa terkejut ketika melihat langit sudah terang benderang.  Lebih terkejut lagi dia tidur di kamar bukan di tenda. 

Segera melompat dari kasur dan berlari ke halaman. 

"Felix,  ada apa?" ibu menyusul sambil terheran melihat tingkah anaknya. 

'Tendanya mana Bu? Teman-temanku di mana?"

Ibu hanya menggeleng sambil tersenyum mengerti.  Rupanya Felix sedang bermimpi. 

Malam Minggu,  14 Agustus 2021

>>>Cerita ini benar-benar fiktif belaka, bila ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan kejadian hanya kebetulan belaka.  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun