Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Paksa Berlari

2 Mei 2019   10:46 Diperbarui: 2 Mei 2019   16:13 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lagi apa mbak kog naik-naik sampe ke Monas gitu."

"Eh Ro sini Ro, kowe mau aku beri tahu ya, itu kota gede yang rame padet dan hmmm sedikit rungsep di pinggirannya, itu mau di pindah."

"Ah masak? Tahu dari mana to mbak Jum?"

"Dari tempe, ah kamu tuh, sini, Incengen tala kae, luasnya seperti itu mau boyong itu bagaimana ya?"

"Eh iya mbak, luas banget ya, aku bisa lihat masjid Istiqlal dan gedung-gedung dari sini. Lha bagimana ngangkut orangnya ya kalau pindah?"

"Yo mbuh piye ya? Orange buanyak gitu, kalau jaman di desa kita dulu kan desa kita mau dijadikan waduk kita boyong satu kecamatan ditransmigrasikan sama Pak Presiden. Lha ini ibu kota pindah, Jakarta mau dijadikan apa ya?"

"Juro, Juro kamu kira sak orangnya to oindah itu?"

"Hla namanya pindah itu kan beralih orangnya, iya kan mabk Jum?"

"Ya, tapi kalau ibu kota yang pindah bukan berarti semua masyarakat Jakarta juga ikut pindah." Jumintul rada kesel lihat Juro yang lola

"Mbak mbak, apa karna isu Jakarta mau tenggelam ya, yerus ibu kota mau dipindah, mau dipindah kemana mbak? Hla kan di tipi semua daerah banjir, piye mbak?"

"Horaaa ngertozzz Roooo, sing tak pikir mung aku sesuk bisa sarapan sega pecel iwak mendol wes marem."

"Hla terus aku diajak inceng-inceng, ngintip Jakarta di Monas ini buat apa?"

"Biar keren, mumpung ibu kotanya masih di Jakarta, mengko kalau sudah pindah gak seru ke Monas."

"Memang mau di pindah ke mana mbak?"

"Dekat rumah Pak Ping, kata berita begitu."

"Hlo! Masak se? Hlaaa kita kalau ke ibu kota yang baru bisa sekalian main ke rumah Pak Ropingi."

"Mau bikin apa kamu ke sana?"

"Ke ibu kota baru jalan-jalan."

"Maksudku ke rumah Pak Piiinngg!"

"Haduh mbak jangan teriak brangasan gitu, di lihat Monas. Ya main mbak masak mancing."

"Yo wes karepmu."

"Terus kapan pindahnya mbak?"

"Nanti paling habis lebaran mahluk ghaib."

"Halah mbak kog jawabnya sewot gitu se."

"Ya kan gak gampang Ro mindahin sesuatu yang gede, sedang fasilitas sebuah ibu kota itu kan tahu sendiri kamu tempatnya mengarur negara."

"Harus sudah siap gitu kah?"

"Berapa duit nanti yang dibutuhkan untuk membangun ibu kota baru ya mbak?"

"Nah itu pinter."

"Halah mbak, kita wong cilik kenapa ikut mikir ibu kota yang mau pindahan."

"Hlo harga nasi pecel dan mendol kesukaanku bisa mahal Ro, gara-gara membangun ibu kota."

"Ah, kejam sekali ya mbak? Katanya kejamnya ibu kota tak sekejam ibu tiri ya mbak."

"Kebalik Ro, kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota."

"Berarti sama ya mbak?"

"Iya Ro, iyes buener wes dirimu nduk."

 Sambil mendengar lagu iwan fals dari corong Monas

.......

"Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari

Bila luka di kaki belum terobati, berkacalah

Jalarta"

*tamat*

Nggombal, 2 Mei 2019

Swarnahati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun