Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Doa dalam Ketakutan

13 Desember 2018   22:39 Diperbarui: 15 Desember 2018   16:58 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku panik dan takut. Ketakutanku semakin menjadi-jadi ketika melihat dan mendengar hampir semua orang dalam pesawat menangis. Beberapa ibu menangis histeris karena keadaan pesawat yang semakin menakutkan.

Anda bisa membayangkan. Orang yang baru pertama kali naik pesawat dan harus menghadapi situasi yang gawat, menjadi pengalaman paling menakutkan.

Bukan hanya para penumpang, pramugari kelihatan panik dengan situasi itu. Tiba-tiba diinstruksikan untuk memakai pelampung. Dan ada dua pintu darurat untuk menyelamatkan diri jika pesawat jatu, kata mereka mengingatkan. Mereka mulai melatih memasang pelampung pada ibu-ibu di depan saya, sambil menginstruksikan banyak hal, seandainya pesawat jatuh.

 Aku sungguh-sungguh tak berdaya. Pikiranku menjadi sangat kacau. 

Dalam hidup, itulah saat pertama kalinya aku mengalami ketakutan yang luar biasa. Seperti orang-orang yang belum siap menghadapi hukuman berat, begitulah gambaran diriku saat itu. Badanku gemetar dan keringat mengalir di sekujur tubuhku.

Tanpa kusadari, aku menangis. Ketakutan itu menggoncangkan imanku. Wajah anggota kelurgaku, sahabat-sahabat, dan teman-temanku, seketika itu muncul dalam benakku. Aku rindu untuk bertemu semua orang yang aku cintai dalam hidup dan meminta maaf atas semua kesalahanku. 

Dan aku sadar saat itu aku takut menghadapi kematian. Aku belum siap seandainya pesawat jatuh dan aku harus mati. Itulah yang membuat aku takut. Bahkan sangat takut. 

Aku berusaha menenangkan batin dengan terus berdoa. Tetapi, ketukutan lebih kuat menguasai diriku sehingga aku sulit berkonsentrasi. Aku hanya menggengam rosarioku. 

            Ketakutan itu  membuat harapanku untuk melanjutkan pendidikan menjadi sia-sia. Aku merasa kehilangan pegangan hidup. Namun Tuhan rupanya masih memberiku waktu. Tuhan tidak meninggalkan aku sendirian.

            Aku ingat, dalam kegamangan itu, kata-kata doa ini menguatkanku. "Tuhan, jika Engkau mau, selamatkan kami. Namun terjadilah menurut yang engkau kehendaki. Aku berdoa dengan penuh kepasrahan dan berharap selamat. Aku terus mengulang doa itu, sampai batinku mulai tenang. Dan memang aku merasakan sesuatu yang berbeda. Perlahan-lahan ketakutanku mulai berkurang. Aku sungguh-sungguh berpasrah pada kehendak Tuhan.

Perasaanku sungguh lega ketika pesawat, terbang dengan normal kembali. Semua orang diam, ketika situasi menjadi kondusif lagi. Dan kami semua bersukacita dan bersalaman ketika pesawat mendarat dengan selamat sampai di bandara Abdurahman Saleh, Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun