Pendahuluan
Pendidikan sejatinya bukan hanya proses mentransfer pengetahuan, tetapi juga upaya membentuk karakter, nilai, dan kesadaran ekologis pada peserta didik. Dalam konteks Indonesia, yang kaya akan nilai-nilai budaya lokal, pendidikan dapat menemukan akar kekuatannya dari kearifan tradisional yang masih hidup dalam masyarakat. Salah satu filosofi lokal yang memiliki relevansi besar terhadap pendidikan berkelanjutan dan karakter bangsa adalah Tri Hita Karana (THK) dari Bali.
Tri Hita Karana secara harfiah berarti "tiga penyebab kebahagiaan". Falsafah ini mengajarkan keseimbangan dan keharmonisan antara tiga hubungan utama dalam kehidupan manusia: hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan manusia dengan sesama manusia (Pawongan), dan hubungan manusia dengan alam (Palemahan). Ketiga unsur ini menjadi fondasi bagi masyarakat Bali dalam membangun kehidupan sosial, budaya, dan spiritual yang harmonis.
Namun, nilai-nilai luhur tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan secara menyeluruh dalam dunia pendidikan, terutama dalam konteks kurikulum dan pembelajaran di sekolah menengah. Padahal, integrasi nilai-nilai Tri Hita Karana ke dalam tata ruang sekolah dan kurikulum pembelajaran dapat menciptakan proses pendidikan yang berakar pada budaya lokal namun tetap relevan dengan tantangan global.
Artikel ini mengkaji bagaimana nilai-nilai Tri Hita Karana diimplementasikan dalam tata ruang wilayah dan sekolah, serta bagaimana integrasinya dapat dilakukan dalam pembelajaran kimia di tingkat SMA melalui pendekatan kontekstual dan proyek berbasis lingkungan.
1. Tri Hita Karana: Landasan Filosofis Kehidupan dan Pendidikan
Tri Hita Karana bukan sekadar sistem nilai spiritual, tetapi juga kerangka berpikir yang menuntun perilaku sosial dan ekologis manusia. Ketiga komponen utamanya saling terhubung dan membentuk tatanan kehidupan yang seimbang:
Parhyangan -- hubungan harmonis manusia dengan Tuhan yang mencerminkan rasa syukur, doa, dan penghormatan terhadap kekuatan ilahi.
Pawongan -- hubungan harmonis antar manusia yang menekankan solidaritas, gotong royong, dan tanggung jawab sosial.
Palemahan -- hubungan harmonis manusia dengan alam yang menuntun pada perilaku menjaga dan melestarikan lingkungan.
Nilai-nilai ini dapat dijadikan landasan filosofis dalam pembentukan karakter peserta didik. Dalam konteks pendidikan modern, Tri Hita Karana sejalan dengan paradigma education for sustainable development (ESD), yang menekankan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.