Mohon tunggu...
Akhmad Zulfikri
Akhmad Zulfikri Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Komunikasi

The best things in #life are the people you #love, the #places you've seen and the #legacy you've made along the #way Live a Life 🕺🥳 ⛹️‍♂️

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia Membutuhkan Maskapai Plat Merah yang Kuat

13 Juni 2014   18:48 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:53 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia kini telah menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang sustainable dalam satu dekade terakhir ini utamanya di Asia dan berimbas positif dalam bisnis penerbangan Niaga. Sejak tahun 2001 mulai lahir beberapa maskapai yang masih exist sampai dengan saat ini seperti Lion Air, Citilink, kemudian disusul Sriwijaya air, Express air, Air Asia Indonesia dan ada sekitar 13 maskapai berjadual lainnya , adalah sebuah berkah deregulasi bisnis penerbangan yang dibuka oleh pemerintah RI kala itu. Beberapa maskapai kelahiran era th 2000 an yang masih eksis dan sukses antara lain Lion Air, Wing air, Sriwijaya air, Express air, Susi air ,Tiger Mandala, Citilink ,Tri Nusa ,Sky aviation ,Avia star ,terakhir Batik air -  tentu dengan segmen marketnya yang berbeda beda sesuai dengan konsep pelayanan yang diberikan setiap maskapai , rute yang ditempuh , dan jumlah kekuatan armada yang dimilikinya. Bagaimana dengan dua maskapai plat merah yang sudah ada seperti Garuda Indonesia dan Merpati Airline yang sudah puluhan tahun lahir jauh sebelum adik adiknya didirikan .

Garuda Indonesia berdiri tahun 1949 dan Merpati Nusantara lahir tahun 1962. Sejauh ini Garuda Indonesia , tetap dan semakin berkibar di market domestic , dengan konsep layanan Full Service Airline , Garuda Indonesia hampir nyaris tanpa saingan berarti sampai dengan saat ini , hanya Batik air yang mungkin bisa membuat Garuda kebat kebit dalam persaingan dalam 5- 10 tahun ke depan.

Lalu bagaimana dengan eksistensi Merpati Nusantara Airline?

Sejak 10 tahun terakhir ini sejalan dengan lahirnya beberapa maskapai baru yang ada di pasar persaingan seperti Lion , Sriwijaya ,Indonesia air asia , nampaknya bukan malah membuat Merpti semakin tangguh  menghadapi kerasnya persaingan , namun malah maskapai Merpati (MZ) semakin tergerus market share nya , dari tahun 1980 masih menduduki porsi market share domestic diatas 20pct , sekarang malah menjadi hanya 1 digit saja .

Apa masalahnya denagn Merpati Nusantara Airline?

Didepan mata kita tahun 2015 Indonesia harus menghadapi era global liberalisasi dunia bisnis penerbangan minimal pada level Asean yang kita sudah paham akan memasuki ASEAN Open sky limited pada tahun 2015 dengan prediksi jumlah penumpang udara di Indonesia saja akan menembus angka 100 juta. Baiklah akan kita lihat kekuatan armada MZ yang terkini dalam table berikut :

IATA

ICAO

Kode panggil

MZ

MNA

MERPATI

Didirikan

6 September 1962

Hub

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai
Bandar Udara Internasional Juanda

Program penumpang setia

Merpati Easy Flyer

Ukuran armada

33

Kota tujuan

Asalnya 87 (sudah dikurang 20 rute)

Kantor pusat

Jakarta Pusat, Jakarta, Indonesia

Situs web

www.merpati.co.id

Dengan mayoritas mengandalkan pada pesawat buatan China MA 60 turbo propeller peninggalan pembelian era direksi lama serta beberapa Boeing narrow body 737 klasik namapaknya  Merpati harus bertarung di market penerbangan dengan adik-2nya yang memakai fleet yang relative lebih baru dan handal, lihat saja Lion dengan B 737/900ER , Sriwijaya sudah memakai beberapa 737/800 NG seperti yang Garuda punya , Citilink dan Tiger Mandala memakai armada Airbus AB 320 brand new , belum di rute perintis dan Indonesia timur pelosok papua dan ambon , market share merpati juga mulai digerus oleh Susi air dengan semua armada small aircraft nya yang all brand new memakai merk Grand Caravan , dan Piaggio aircraft buatan USA. Sejauh ini memang kinerja Merpati masih terseok seok , dan puncak krisisnya , pasokan avtur dari Pertamina di hold untuk beberapa kota penerbangan karena hutang MZ ke Pertamina sudah melebihi kesepakatan , melebihi 100 milyar , sudah menembus 120 milyar. Sebenarnya masayarakat Jogyakarta juga kehilangan jasa dari Merpati ini , Merpati yang lalu melayani rute dari Jogya ke Jakarta dan Jogya ke bandung pp. jadi kapasitas seat di Adisucipto juga sedikit berkurang dengan ‘tidak terbangnya’ Merpati kurang lebih sudah 6 bulan ini.

Sebetulnya untuk keluar dari persoalan akut ini Merpati bukanlah  hal yang tidak mungkin .Dalam kasus di Merpati sebetulnya dengan kekuatan dan harta yang menjadi prinsip dasar bisnis penerbangan yakni AOC (Air Operator Certificate)  yang sangat fital dan ditopang networking (rute) dan fleet (armada) . Maskapai Merpati sampai dengan saat ini mempunyai pelanggan yang fanatic dan loyal utamanya di Papua, Maluku dan NTT, maka tak heran sebagian masyarakat Papua saking terbiasanya naik Merpati , walau sekarang ada Garuda Indonesia masuk ke papua, mereka masyarakat papua menyebut Garuda Indonesia , dengan sebutan  pesawat ‘Merpati ekor BIRU’ , sebagaimana Merpati yang asli ekornya dengan livery warna KUNING, saking kecintaan yang mendalam orang Papua menyebut Garuda , adalah Merpati ekor biru .

Bukan main , mindset dan brand merk yang kuat adalah modal utama tim sales marketing Merpati untuk kembali meraih pasar bila dana talangan 400 milyar sebagai modal penyertaan pemerintah sukses disetujui oleh PPA , kementrian keuangan dan Kementrian BUMN jadi dicairkan , semoga. Mengingat Merpati adalah maskapai yang dibentuk Presiden RI IR Sukarno tahun 1962 , notabene sudah berumur 52 tahun dan 100 % sahamnya dimiliki oleh pemerintah  97% dan 3 % Garuda Indonesia .Ini maskapai yang asli putera bangsa Indonesia yang semestinya di back up oleh pemerintah di tengah bisnis penerbangan yang liberal saat ini , walau di kawasan regional , beberapa maskapai lokal kita telah berganti pemegang nya seperti Awair pindah ke Air asia , mandala airline sebagian di tangan Tiger air Singapura , Batavia hampir lolos ke Tiger juga , lalu apakah nasib Merpati mau seperti itu ?

Sebagai aset nasional hal itu tidak boleh terjadi , kegagalan Merpati sama dengan kegagalan regulator c.q pemerintah RI dalam membina dan mencari jalan keluar solusi yang arif bagi BUMN nya . Strategi jual , akusisi dan lainnya adalah strategi yang sangat premature , dangkal dan tidak memililiki  visi ke depan persaingan bisnis penerbangan di ASEAN , apa kita mau jadi penonton saja nantinya ?

Ada 26 pesawat dan 66 rute -sudah 20 rute yang dipangkas  oleh direksi lama , itu sudah menjadi asset yang luar biasa bagi Merpati untuk bangkit lagi .Merpati memang masih terbebani dengan hutang yang luar biasa besarnya melebihin aset nya , hutangnya 6,2 trilyun  .Namun sebagai alat transportasi yang sangat diperlukan untuk Negara kepulauan yang besar seperti Indonesia ini , dan transportasi yang cepat untuk memfasilitasi kecepatan pertumbuhan Indonesia di masa depan utamanya di kepulauan kepulauan Indonesia Timur , maka selayaknya pemerintah RI semua stake holder baik itu parlemen , ekskutif (kantor BUMN dan Kementrian Perhubungan ) perlu memberikan opsi penyelematan ke Merpati dengan beberapa langkah sebagai berikut :

1. Hutang MZ 6,2 trilyun sebagaian besar juga hutang ke BUMN milik pemerintah seperti Pertamina , PAP , harusnya dijadikan modal penyertaan pemerintah saja .

2. Melakukan restrukturisasi hutang ke pihak lessor asing, yang dijembatani oleh pemerintah , bisa berupa Government guarantee letters atau bantuan proses renegosiasi skedul pembayaran hutang .

3.Maskapai flag carrier Garuda Indonesia yang juga mempunya saham 3 pct di Merpati , bisa di approach untuk memberikan technical assistance ke MZ agar terjadi proses transformasi dari Garuda ke Merpati , paling tidak bisa mencontoh keadaan Garuda yang pernah juga mengalami masa sulit tahun 1990 an kemudian Garuda bisa juga sukses melakukan proses turn around ke arah positif.

Kenapa Merpati harus  perlu dibantu semua stake holder ?

Era saat ini yang merupakan era boderless juga dalam bidang transportasi udara serta kita menghadapi era liberalisasi  , maka tak pelak Negara Indonesia sangat memerlukan maskapai BUMN yang sudah ada ini menjadi sangat kuat di wilyah udaranya sendiri paling tidak. Kita sudah melihat 2 maskapai swasta lokal sudah sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara asing , contoh saja Indonesia air asia 49 pct sahamnya dimiliki oleh Malaysia yang dulunya asli milik maskapai Indonesia yang merupakan re inkarnasi dari AWAIR _ Air wagon airline , dan Tiger Mandala , dulunya bernama Mandala airline ,karena saat ini sebagaian sahamnya dibeli Tiger air Singapore lalu menjelma menjadi Tiger air dan Batavia air pun nyaris dibeli asing, . Kalau kita semua regulator ,DPR, rakyat  tidak peduli  sama sekali dan membiarkan persaingan maskapai nasional terjerumus dalam ekonomi liberal maka tidak mungkin bila Merpati sebagai jembatan nusantara akan tergerus oleh persaingan yang sangat bebas dan akan kelindas oleh proses libelarisasi .

Memproteksi 2 maskapai nasional Garuda dan Merpati utamanya adalah salah satu juga dalam rangka memperkuat fungsi pertahanan dari sisi Epoleksosbud (ekonomi , politik ,sosial , budaya ) apalagi selama ini Merpati sudah akrab dan mempunyai skill dan networking dan branding yang bagus di wilayah Indonesia Timur , artinya misi membantu Merpati sejalan juga dengan spirit mengembangkan dan mempercepat pembangunan di Indonesia Timur dalam program MP3EI Indonesia wilayah Timur dan alat transporatsi faktor penting untuk mempercepat semua proses pembangunan itu .

Daripada membangun sebuah maskapai baru yang modal awalnya secara textbook menelan 4 trilyun dengan pengalaman yang baru , saya rasa lebih rasional bila dana sebesar itu untuk menyehatkan maskapai plat merah kita Merpati . Tentu bila semua stake holder sudah mau berkomitmen membantu Merpati , kalangan manajeman dan semua staff MZ juga harus tahu diri , introspeksi .Kuncinya semua jajaran Merpati harus bekerja extraordinary , mempunyai sense of crisis di semua lini , menciptakan musuh bersama seperti  meraih kepercayaan kembali pelanggannya , mengurangi beban hutang dengan menaikkan seat load factor dan weight load factor sehingga revenue juga meningkat dan harus kreatif menciptakan peluang seperti yang sudah ada selama ini KSO Kerjasa operasi dengan Pemda-2 yang tiap kabupaten adalah salah satu terobosan jitu disamping misalnya merebut charter flight untuk angkutan kampanye Pemilu mendatang , merebut feeder angkutan haji ke embarkasi dan masih banyak lagi. Semoga dua maskapai plat merah Garuda dan Merpati tetap akan eksis di tengah jaman liberalisasi dalam bisnis penerbangan di Indonesia.

Jakarta bandara soetta , 11 juni 2014

Data Penulis:

Nama lengkap : Arista Atmadjati,SE.MM

Pekerjaan : Dosen mata kuliah  ‘aviation’ Prodi S1 Pariwisata –FIB  –UGM Jogyakarta/ dan praktisi penerbangan nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun