Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jaga

2 Juni 2022   15:41 Diperbarui: 2 Juni 2022   15:44 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jaga. Ada penjaga dan yang dijaga. Tujuan? Supaya aman dan nyaman. Yang menjaga ada kekuatan, ada kemampuan. Yang dijaga, ada kelemahan, ada keterbatasan. Penjaga nyatakan diri bahwa sedang menjaga. Yang dijaga sadar bahwa dirinya dijaga, terjamin. Di mana dan kapan peristiwa jaga-menjaga ini terjadi? Di sini, sekarang. Siapa yang menjaga dan siapa atau apa yang dijaga? Jangan jauh-jauh cari jawaban. Hidup ini adalah kegiatan jaga- menjaga. Supaya? Selamat! TUHAN Penjaga, Manusia dijaga dalam alam. Dua-duanya, manusia dan alam, milik TUHAN.

Ini sudah diketahui umum. Untuk apa difilsafatkan? Mau pikir apa lagi, mau tanya apa lagi, untuk apa? 

Ini pertanyaan filsafat. Perlu jawaban filsafat.

Kita manusia ada Nafsu untuk menikmati hidup ini dengan segala keinginan. Ada Nalar untuk jalani hidup ini dengan penuh pertimbangan. Ada Naluri untuk hidup bersama dengan sesama. Ada Nurani untuk sadar bahwa hidup ini ada Pemberi hidup, SANG HIDUP, TUHAN.  (4N, Kwadran Bele, 2011). Kita hidup dalam alam. Kita dijaga dalam alam oleh Pemilik, TUHAN. Kesadaran inilah yang harus terus-menerus disadari supaya dimengerti, dihayati dan disyukuri.  Menjaga dan dijaga. Sadari lewat Nafsu, mengerti pakai Nalar, hayati dengan Naluri, syukuri dalam Nurani. 

Pencipta, TUHAN, beri kita mandat untuk jaga alam sekitar. Kuasa itu kita salah gunakan. Kita bukan jaga tapi garap sesuka kita. Pencipta perintahkan kita untuk jaga diri dan sesama. Heran, kita rusakkan diri dan resahkan sesama. Penjaga kita itu tampakkan Diri dan karya penjagaan-Nya dalam berbagai cara dan bentuk. Jantung kita dijaga untuk tetap berdetak. TUHAN beri daya, kita jaga dan lanjutkan daya hidup itu. Pepohonan diberi daya hidup dan dijaga oleh TUHAN. Kita tebang semau kita. Satwa diberi kebebasan untuk hidup memenuhi daratan, lautan dan udara. Itu oleh Penjaga, TUHAN. Kita diberi tugas untuk menjaga dan gunakan sesuai kebutuhan. Bukan bantai sesuka kita.

Bayangkan. Gunung yang dijaga oleh PENCIPTA dan kita diberi hak untuk nikmati keberadaannya, kita gali dan gusur untuk cari emas yang dihimpun berton-ton dengan penuh kebanggaan, 'Saya kaya'. Mulai gigi sampai kaki dihiasi emas. Inikah yang namanya jaga? Masih banyak contoh yang kita gali dan renungkan, apakah menjaga sesuai amanat Penjaga kita, TUHAN?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun