Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Asing" dari Sudut Filsafat (10)

25 Oktober 2020   09:34 Diperbarui: 25 Oktober 2020   09:44 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Asing ada dua sisi. Muka-belakang. Kiri-kanan. Atas-bawah. Tidak dalam arti yang biasa, muka baik, belakang buruk, kiri jelek, kanan bagus, atas hebat, bawah hina. Asing tidak dalam arti positif lawan negatif. Ini penilaian.

Asing itu posisi, keadaan, perbedaan, bukan perlawanan, persaingan. Kita sering terkecoh, campur aduk antara penilaian dengan keadaan. Saya ini rakyat dia pejabat. 

Bukan berarti saya rendah, pejabat itu tinggi. Posisi atau keberadaan tidak berarti penilaian. Dua sisi penilaian, kaya - senang, miskin - sengsara. Saya miliki satu rumah, dia miliki dua rumah. 

Ini bukan berarti saya miskin dan susah, dia kaya dan senang. Kaya miskin dikaitkan dengan senang-susah itu penilaian yang menyesatkan. Karena saya miliki benda kurang dari dia maka saya dikatakan miskin, susah dan dia yang memiliki benda lebih banyak dikatakan kaya, senang. 

Saya ada rumah, dia ada rumah. Rumah saya satu lantai. Dia punya dua lantai. Rumah saya di desa. Dia punya di kota. Kalau semua di kota, mana ada desa. Kalau semua di desa, mana ada kota. Ada desa, ada kota. Ada muda, ada tua. Karena ada muda maka ada tua. 

Tidak mungkin dua sisi ini saling meniadakan. Keadaan saya yang tua asing dengan keadaan dia yang muda. Tidak boleh saya ukur dia yang muda dengan saya yang tua. 

Tidak boleh saya anggap dia yang hidup sekarang lebih baik dari saya yang hidup sejak tahun empat-puluhan. Tiap-tiap generasi hidup dalam keadaan zamannya dan tempatnya. 

Tidak boleh saya katakan saya yang hidup di Timor, Indonesia, Asia, lebih sial, sengsara dari dia yang hidup di Belanda, Eropah karena dia di sana lebih beruntung, lebih senang. 

Saya di Asia asing dengan dia di Eropah. Dia di Eropah asing dengan saya di Asia. Asing dengan asing ada bersama di tempat yang sama, waktu yang sama.

 Tempat yang sama itu, bumi, waktu yang sama, abad ini. Tapi ingat, saya dan dia tetap beda. Karena beda itulah saya dengan dia tidak mungkin duduk di kursi yang sama pada waktu yang sama. 

Dalam rumah yang sama, ruang yang sama, kursi beda, duduk sendiri dengan sikap sendiri. Saya asing dengan kursi yang saya duduki. Dia asing dengan kursi yang dia duduki. Asing itu suasana. Saya tidak boleh tolak suasana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun