Terpikir untuk bunuh diri? Atau malah sudah pernah mencoba beberapa kali? Mumpung belum terlanjur, bacalah dulu beberapa paragraf berikut ini. Janganlah mengeluh tulisan ini agak panjang. Sebab, sepanjang apapun, masih jauh lebih panjang waktu yang diperlukan untuk menempuh kehidupan setelah mati. Yang pasti akan dialami oleh siapapun yang detik ini masih bernapas di alam semesta ini. Lagipula, jika sudah terlanjur mati, tak ada lagi manfaat yang bisa dipetik. Hanya akan membuat menyesal karena tidak membacanya sebelum terlanjur nekat mewujudkan rencana tragis tersebut.
Untuk memulai, mari mula-mula kita ketik di bilah pencarian Google kata kunci 'bunuh diri'. Niscaya dalam sepersekian detik (bisa lebih lama sedikit pada jaringan koneksi internet yang lamban, tentunya) akan terpampang jutaan tautan atau link menuju laman yang memuat data tentang bunuh diri.
Selanjutnya, mari kita buka secara acak beberapa tautan saja. Lalu kita telusuri kisah-kisah yang terpampang di laman yang kini terbuka di layar gawai kita.
Sudah? Nah, jika kita membacanya secara teliti, tak peduli yang kita baca sepuluh atau seribu laman, pasti kita akan segera menemukan sesuatu yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pola (patterns).
Otak manusia dirancang oleh penciptanya, yakni Allah subhanahu wa ta'ala, untuk secara otomatis mengenali pola. Pola bentuk pada benda fisik. Pola waktu pada gerakan. Pola logika pada bahasa. Pola rasa pada dinamika emosi. Singkatnya, pola perilaku setiap makhluk --yang hidup maupun mati, konkrit maupun abstrak, nyata maupun khayal, fisikal maupun digital.
Di mana pun Tuhan menaruh pola tertentu di sekujur alam semesta ini otak manusia pasti otomatis akan langsung mengenalinya. Sebab memang dirancang supaya begitu. Pengenalan pola mengalami gangguan hanya dalam situasi-situasi khusus saja. Misalnya saat seseorang sedang teler akibat pengaruh bius, alkohol, shabu, atau candu apapun yang lain. Atau sedang mengalami kelumpuhan fungsi akal akibat dibajak emosi kuat tertentu sehingga perilakunya lebih dikendalikan oleh emosi tersebut, semisal ngeri, depresi, kesumat, atau hasrat seksual menggebu. Dalam kondisi sehat wal afiat kita tak punya pilihan lain selain menyaksikan dengan jelas pola tertentu yang ada di semua laman itu.
Yang jelas, dari laman-laman tersebut kita dapat memetakan keberadaan sejumlah pola yang terkait dengan tindak bunuh diri. Terangkum menjadi sejumlah kata kunci berikut ini: pengertian atau definisi bunuh diri, cara bunuh diri, alasan yang diduga menjadi pemicu tindakan bunuh diri, identitas pelaku bunuh diri (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, ciri fisik, alamat tempat tinggal), waktu terjadinya peristiwa bunuh diri, lokasi yang menjadi tempat berlangsungnya peristiwa bunuh diri, akibat bunuh diri bagi pelaku, akibat bunuh diri bagi orang lain, statistik kejadian bunuh diri di suatu lokasi atau dalam suatu rentang waktu, dan tanggapan berbagai pihak (perorangan maupun lembaga) atas peristiwa bunuh diri (yang telah terjadi maupun yang diprediksi bakal terjadi).
Tulisan ini membatasi diri untuk membahas hanya satu kata kunci. Kata kunci yang entah mengapa seolah selalu ketlingsut sehingga absen terus dalam tulisan-tulisan yang disebut oleh para penulis dan media penayangnya sebagai berita, yakni tujuan bunuh diri para pelakunya. Beberapa kisah nyata, yang bersumber dari reportase wartawan dan dari hasil wawancara langsung, akan digunakan sebagai ilustrasi untuk meninjau tujuan para pelaku melakukan tindak bunuh dirinya. Fungsinya untuk menjawab satu pertanyaan, yakni apakah bunuh diri memang merupakan metode yang cocok untuk mengantarkan pelakunya kepada tujuan yang ingin mereka capai.
Silakan mencermati paragraf-paragraf berikut, yang akan memaparkan data tentang beberapa pelaku bunuh diri yang ditakdirkan oleh Allah untuk tidak mati meski telah mencoba melakukannya. Mari kita tinjau bersama apakah tindak bunuh diri yang mereka lakukan merupakan metode paling efektif untuk mengatasi aneka permasalahan berat nan rumit yang mereka hadapi dalam kehidupan di dunia ini.
Kasus pertama, seorang perempuan di Jombang, Jawa Timur, yang mencoba bunuh diri dengan rencana awal mengikutsertakan tiga orang anaknya untuk membersamainya ke alam kematian (Lebih rinci tentang kasus ini silakan ditelusur di situs berbagai media massa, sebab kasus ini diliput oleh media berskala nasional di Indonesia pada hari kejadian, Senin, 15 Januari 2018 dan beberapa hari setelahnya).
Baca juga: Tanda Orang Ingin Bunuh Diri dan Tips Bantu Menanganinya