Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Pendidik, Penulis, dan Penggerak Literasi

Guru, penulis dan penggerak literasi yang percaya menulis adalah jejak sejarah diri sekaligus warisan nilai bagi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Game di Kelas, Kreatif atau Sekadar Tren Sesaat?

23 September 2025   12:35 Diperbarui: 29 September 2025   06:25 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kelas saat siswa antusias mengikuti game edukasi digital. Sumber: Dokpri - Gen AI

Saya pernah melihat guru yang bijak mengombinasikan metode. Ia membuka kelas dengan game singkat untuk mencairkan suasana, lalu melanjutkan dengan diskusi kelompok. Hasilnya lebih seimbang. Murid tetap bersemangat sekaligus mendapat ruang berpikir mendalam.

Ada pula guru yang menggunakan game hanya pada akhir bab sebagai review. Dengan begitu, game menjadi penghargaan setelah belajar serius, bukan pengalih perhatian.

Inovasi sejati bukan soal mengikuti tren, melainkan soal menyesuaikan metode dengan kebutuhan nyata kelas.

Solusi dan Jalan Tengah

Lalu, bagaimana menyikapi fenomena ini?

Pertama, gunakan game secara selektif. Pilih momen yang tepat, misalnya saat mengulang materi, kuis akhir, atau sekadar ice breaking.

Kedua, jangan abaikan metode klasik. Diskusi, tanya jawab, atau praktik nyata tetap relevan. Ada nilai yang tidak bisa digantikan game, seperti kemampuan berargumentasi, keberanian menyampaikan pendapat, dan empati dalam berdiskusi.

Ketiga, libatkan siswa dalam menentukan metode. Tanyakan pada mereka apa yang paling membantu. Dengan begitu, guru tidak terjebak pada asumsi bahwa semua murid menyukai game.

Keempat, jadikan game sebagai alat, bukan tujuan. Inovasi sejati lahir dari kemampuan guru meramu metode yang sesuai, bukan dari seberapa sering aplikasi dipakai.

Mengajar atau Menghibur?

Saya teringat kembali pada kelas di awal tulisan ini. Murid bersorak ketika tahu akan ada game. Namun, di akhir pelajaran, saat saya menanyakan kembali isi materi, sebagian besar hanya mengingat siapa pemenangnya.

Di titik itu, saya sadar bahwa game memang menyenangkan, tetapi tidak otomatis mendalam. Guru harus jernih menimbang: apakah ia sedang mengajar, atau sekadar menghibur?

Pendidikan yang baik tidak berhenti pada teknologi atau tren. Kreativitas guru diukur bukan dari seberapa sering memakai game, melainkan dari ketepatan memilih cara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun